- vstory
VIVA – Seorang wanita di Malaysia yang bernama Molli Supramaniam, dicap sebagai pelacur oleh temannya sendiri hanya gara-gara busana yang dia kenakan.
Temannya mengomentari foto Molli yang memakai baju tanpa lengan. Molli pun mengunggah percakapan antara dia dan temannya tersebut ke media sosial dan meminta pendapat netizen.
Dalam unggahannya, teman Molli bertanya kenapa Molli yang dulunya memakai pakaian tertutup, kini malah memakai baju tanpa lengan.
"Mengapa kamu memakai pakaian itu? Kamu biasanya memakai pakaian tertutup dan gaun yang menawan," kata temannya.
Bagi temannya, baju Molli itu malah seperti pakaian seorang pelacur. Namun, dia membalut sindirannya tersebut dengan mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak bermaksud kasar, hanya sekadar mengingatkan.
"Itu seperti pakaian seorang pelacur. Saya tidak bermaksud menilai atau berkata kasar," lanjut temannya.
Tentu saja hal ini membuat Molly murka. Bahkan, ibunya yang pernah melihatnya dengan pakaian itu tidak pernah menghina dia sebagai pelacur.
disebut pelacur
Menurut Molli, temannya berpikiran sempit karena menilai seseorang pelacur atau bukan, hanya dari pakaiannya semata.
"Pertama, aku memang menerima nasihat dari teman dan keluarga, tetapi teman seperti apa yang menyebut teman sendiri sebagai pelacur? Ini bukan pertama kalinya dia menasihati saya, tetapi kali ini pilihan kata-katanya sangat tidak sopan. Kedua, dia berbicara tentang bagaimana keluarga saya membesarkanku," kata Molly, dilansir dari World of Buzz.
Sementara itu, temannya berkilah bahwa sebenarnya dia hanya ingin memberi nasihat agar Molli tidak terlalu mengekspos bagian tubuh, karena tidak sopan atau memancing orang lain berpikir ngeres.
Ternyata, baju tanpa lengan milik Molli tersebut dibeli oleh ibunya sendiri. Inilah yang membuat dia marah dikatai pelacur karena mengenakan baju yang justru merupakan hadiah dari ibunya tersebut.
Amicus Curiae Cuma Terakhir untuk Bentuk Opini dan Pengaruhi Hakim MK, Menurut Pengamat
Pengamat politik meyakini amicus curiae atau sahabat pengadilan tidak akan memengaruhi putusan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap perkara sengketa Pilpres 2024.
