Inovasi Baru Mencegah Penyebaran Demam Berdarah Dengue

Gambar Nyamuk DBD
Sumber :
  • vstory

VIVA – Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang tidak memandang umur atau dapat menyerang seluruh umur hingga pada saat ini kejadiannya terus meningkat setiap tahunnya dan masih menjadi masalah serius di beberapa negara termasuk negara Indonesia.

Cuaca Panas di Thailand Kian Mengkhawatirkan, Tewaskan 61 Orang Sepanjang 2024

Di tengah pandemi Covid-19, angka dengue di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2022 mencapai 61.046 kasus dan 580 kematian. Upaya pencegahan pun sudah dilakukan seperti pelaksanaan 3M Plus dengan menguras, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang. Namun, kejadian dengue masih terus meningkat sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk menurunkan prevalensi dengue di tengah upaya pengendalian pandemi Covid-19.

{{photo_id:1331518}}

Menguak Manfaat Buah Pepaya untuk Kesehatan Tubuh

Dalam menekan angka penyebaran Demam Berdarah Dengue The World Mosquito Program (WMP) dijalankan oleh Prof Adi Utarini melakukan penelitian menggunakan nyamuk dengue yang mengandung Bakteri Wolbachia.

Bakteri Wolbachia dapat tumbuh alami pada serangga, kecuali nyamuk Aedes Aegepty. Bakteri Wolbachia ini juga dapat melumpuhkan virus dengue, apabila ada nyamuk pembawa demam berdarah menghisap darah yang mengandung virus dengue maka tidak akan menyebar kedalam tubuh manusia atau resisten. Prof Uut juga menyatakan bahwa gigitan nya tidak akan berdampak bagi kesehatan.

IISM dan Indonesia Cold Chain Expo 2024 Tawarkan Inovasi Teknologi Rantai Pasokan Bisnis makanan

Pada umumnya nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia dapat bertahan dalam kurun waktu lebih singkat sehingga penyebaran demam berdarah akan menurun dan nyamuk pembawa dengue pun akan berkurang karena mati.

{{photo_id:363539}}

Inovasi Teknologi Wolbachia ini berbeda dengan pendekatan pemberantasan nyamuk yang sudah ada, karena teknologi ini tidak memerlukan tindakan berulang-ulang untuk menurunkan prevalensi dengue. Karena teknologi ini berfokus melawan virus Dengue.

Dari hasil uji coba yang dilakukan didapatkan hasil bahwa inovasi ini jauh lebih efektif dibandingkan pemberian vaksin dengue. Hal tersebut dinyatakan pada hasil penelitian yang dilakukan di wilayah WMP Yogyakarta didapatkan hasil menurunnya menjadi 77,1 persen dan menurunnya angka hospitalization dengue menjadi 86,1 persen.

Uji coba wolbachia sudah dilakukan di daerah Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Untuk melihat efektivitas bakteri wolbachia, monitoring akan terus dilakukan oleh perawat dan peneliti. Selain efektif mencegah penyebaran dengue, intervensi ini diklaim jauh lebih murah dalam segi pembiayaan dibandingkan dengan pemberian vaksin dengue.

Inovasi Teknologi Wolbachia ini berhasil membuat Menteri kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin tertarik dengan langsung mendatangi Laboratorium Etomologi WMP Yogyarakarta.

Menurut Menkes Budi, Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah serius ditengah pandemic covid-19 ini, sehingga beliau berharap inovasi wolbachia dapat memutus penyebaran dengue.

Prof. Uut berharap inovasi bakteri wolbachia ini dapat diadaptasi sebagai program baru dalam upaya menurunkan prevalensi dengue. Namun, Prof. Uut juga mengatakan bahwa inovasi ini bukan menggantikan pencegahan dan pengendalian dengue yang sudah ada, ia berharap bahwa masyarakat tetap menerapkan gerakan 3M plus guna mencegah penyebaran dengue.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.