Kamu dan Pelangi

Terimakasih karena telah menggoreskan warna indahmu, setidaknya walau hanya sebentar saja
Sumber :
  • vstory

VIVA – Ini hanyalah seuntai rasa, yang berbaju kata. Katakanlah aku pengecut karena hanya dari sini aku sanggup mengungkapkan kata. Sebuah kata dan rasa yang meruncing pada satu topik yang senada. Satu topik yang menuai rasa. Rasa yang sering disebut dengan cinta.

Gandeng Sejumlah Kampus di Indonesia, Maxnovel Tumbuhkan Minat Baca Melalui Karya Fiksi

Kedatanganmu bak bulan di tengah gelapnya gerhana. Air di tengah gersangnya Sahara. Namun sayang, itu hanya praduga awal saja.

Ternyata terlalu cepat bagiku menilaimu. Begitu pandainya kau menawarkan rasa nyaman lewat senyummu, perhatianmu, dan candamu.

Mengenal Nostradamus, Sosok yang Ramal Kemunculan Hitler, Bom Hiroshima Hingga Bencana 2024

Dengar lah wahai kamu! Aku nyaman bersamamu. Hariku tak lagi kelabu semenjak kedatanganmu. Topeng kesedihanku seakan luntur hanya dengan tatapanmu. Air mata ku terserap sudah hanya karena celotehanmu. Kecewaku terbayarkan hanya karena kejutan2 kecil darimu. Sungguh, jikalau buih di lautan menyatu, tak akan cukup untuk menggambarkan betapa besar rasa nyaman itu.

Aku seakan dibutakan olehmu. Aku tak peduli lagi apapun di luar sana, hanya kamulah duniaku kala itu. Aku tak peduli kurangmu. Bahkan aku tak peduli bagaimana kelamnya masa lalumu.

Sastrawan dan Sosiolog Ignas Kleden Meninggal Dunia

Maaf, sekarang aku mau menarik semua pujiku untukmu. Aku ingin menghapus semua rasa nyaman bersamamu. Bukan karena aku bosan, sungguh aku wanita yang terlalu setia untuk secepat itu berpaling.

Kamu memang indah, sangat. Tapi sayang, indahmu bak pelangi saja. Menghiasi dunia dengan mewahnya warna, memberi kebahagiaan bagi dunia, namun hanya sesaat.

Itulah kamu. Kamu yang tiba-tiba muncul di gerbang hatiku. Menerobos masuk tanpa ba-bi-bu. Bahkan, dengan lancang kamu ikut menuliskan warna-warni indah dalam kelabunya hariku. Ketika aku merasa teramat nyaman, sampai rasanya surga ada di genggamanku, kamu berubah. Kamu bukan kamu yang kukenal dulu .

Perlahan aku pun tau, bahwa alasanmu berubah tidak lain dan tidak bukan karena dia. Gadis itu. Gadis berambut coklat yang teramat manis saat tersenyum. Gadis yang ternyata pernah menjadi bagian terindah dari masa lalumu.

Gadis itu meninggalkanmu tanpa sebab. Aku yakin kau teramat hancur kala itu. Jangan tanya bagaimana aku bisa mengetahui semua itu. Kebersamaan kita yang cukup singkat itu agaknya sudah cukup bagiku untuk memahami duniamu. Bahkan terlalu mengerti lebih dari kamu memahami duniamu sendiri .

Di masa kerapuhanmu itulah kita bertemu. Entah sebab apa kamu tiba-tiba menyapaku dengan senyuman manismu. Waktu itu hatiku belum tergetar sedikit pun olehmu.

Namun, sepertinya takdir ingin mempermainkan kita lebih dalam lagi. Detik demi detik pun berlalu, dan entah bagaimana takdir bekerja kita terus menerus dipertemukan dalam pertemuan-pertemuan manis bersama mu.

Perlahan hatiku luluh, sudah kucoba dengan sekeras mungkin untuk mengumpulkan kepingan hatiku. Namun, mereka lebih memilih bernaung dalam pelukanmu. Pun akhirnya kubiarkan saja polah mereka. Toh, kamu seriuas dengan hubungan kita.

Ternyata detik itu juga menjadi detik terbodoh sepanjang kisahku. Harusnya sedari dulu aku menghindarimu. Karena aku tak ubahnya seperti pelampiasanmu saja.

Pelampiasan dari si gadis manismu itu. Lihat saja reaksimu ketika dia kembali ke dunia kita. Duniamu seakan hanya terpusat padanya, binar matamu begitu merekah saat kembali melihat senyumannya, bibirmu tak hentinya membentuk bulan sabit sala sapaan hangat darinya kembali mewarnai diary mu.

Lalu aku? Aku ditinggalkan begitu saja, sekan tak pernah ada ‘Kita’ dalam kamus besar kisah ini. Setidak berharga itukah aku di matamu? Tolong, aku bukan sampah.

Hargailah aku sedikit saja. Baiklah, aku mengalah. Aku akan mundur. Biarkan dia menjadi pendampingmu memainkan peran protagonis dalam drama kelam ini. Tapi setidaknya jangan begini, jangan menyia-nyiakan aku sejauh ini.

Aku tidak akan menyalahkan kamu yang kembali bersatu dengannya, bukankah cinta memang tidak bisa dipaksakan kan? Ya,sudah, kali ini biarkanlah hatiku kembali tersakiti.

Tak apa, asalkan kamu bisa bahagia. Berjanjilah setelah ini kita masih tetap berteman ya, aku akan belajar bagaimana caranya menghilangkan rasa cinta ini. Lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi, agar aku tidak mudah tertipu oleh pelangi semacammu. Indah, tapi hanya sesaat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya
Disclaimer: Artikel ini adalah kiriman dari pengguna VIVA.co.id yang diposting di kanal VStory yang berbasis user generate content (UGC). Semua isi tulisan dan konten di dalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis atau pengguna.