Miliki Fasilitas, Kawasan Ini Cocok Jadi Zona Ekonomi Hijau

Pekerja perkebunan kelapa sawit di Sumatra Utara
Sumber :
  • REUTERS/Y.T Haryono/Files

VIVA.co.id – Kementerian Perindustrian menilai Kawasan Industri Berau di Kalimantan Timur sudah siap menjadi zona ekonomi hijau pengembangan minyak kelapa sawit atau Palm Oil Green Economic Zone

Terinspirasi Langkah Indonesia, Amerika Serikat Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

“Kawasan Industri Berau sudah siap karena didukung dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai,” kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dalam keterangan tertulis pada Selasa, 6 Desember 2016.

Ia mengatakan Kawasan Industri Berau yang berdiri di atas lahan seluas 3.400 hektare ini telah memiliki pelabuhan, ketersediaan air, listrik, serta industri bubur kertas dan kertas yang sudah beroperasi. 

Kecelakaan Truk Sawit di Tol Belmera: Sopir Tewas, Minyak Dijarah Warga

“Diharapkan, produk industri hilir yang dihasilkan dari kawasan tersebut dapat memenuhi standar sustainability (keberlanjutan) yang bersertifikat internasional, sehingga ciptakan keuntungan berupa preferensi area pemasaran, premium selling price, hingga fasilitas atau kemudahan tertentu lainnya,” ucapnya.

Diketahui, pembangunan zona ekonomi hijau merupakan inisiatif pemerintah Indonesia dan Malaysia melalui pembentukan lembaga persatuan negara penghasil minyak kelapa sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

Tantangan Masa Depan Industri Kelapa Sawit Indonesia yang Berkelanjutan

Indonesia dan Malaysia telah mengusulkan masing-masing tiga lokasi zona ekonomi hijau. Di mana Indonesia menginginkan pengembangan di Kawasan Industri Dumai, Riau. Lalu, Kawasan Industri Berau, Kalimantan Timur, dan Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara. Sedangkan pihak Malaysia, di Lahad Datu, Bintulu, dan Tanjung Manis.

Kemudian, kedua negara berencana mengajak negara lain penghasil minyak kelapa sawit untuk masuk dalam CPOPC. Di antaranya adalah Brasil, Nigeria, Pantai Gading, dan Thailand. 

Masuknya negara-negara tersebut, diharapkan berdampak positif bagi komoditi minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) di dunia. 

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah Indonesia dan Malaysia berkomitmen mendorong pengembangan industri olahan kelapa sawit yang mampu meningkatkan nilai tambah produk dan ramah lingkungan. 

“Kementerian Perindustrian telah berkomitmen meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit Indonesia melalui hilirisasi,” ujar Airlangga.

Berdasarkan catatan Kemenperin, untuk industri olahan minyak sawit nasional pada 2015, total kapasitas produksi bahan baku CPO dan palm kernel oil sebanyak 35,50 juta ton, yang didistribusikan untuk konsumsi domestik sebesar 8,09 juta ton, ekspor produk hilir 15,15 juta ton, dan ekspor CPO 12,26 juta ton. 

Sedangkan nilai ekspor yang diciptakan mencapai US$ 24,77 juta dan ragam produk hilir yang dihasilkan sebanyak 146 jenis. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya