Muslim Rohingya: Kami Tidak Bisa Melawan

Muslim Rohingya menunggu kapal untuk ke kamp pengungsi
Sumber :
  • REUTERS/Soe Zeya Tun

VIVAnews - Kekerasan demi kekerasan terus menimpa kelompok Muslim Rohingya di Myanmar. Tahun ini, mereka terus menjadi korban pembunuhan, rumah mereka dibakar oleh warga sekitar yang dibantu aparat. Tidak salah jika mereka disebut sebagai "etnis minoritas paling teraniaya di dunia."

Kekerasan terbaru terjadi pada pekan lalu, menewaskan 84 orang. PBB memperkirakan, sedikitnya 22.500 warga Rohingya kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi. Hidup di tenda seadanya lebih baik bagi mereka ketimbang menyaksikan horor pembantaian yang merenggut nyawa keluarga dan saudara.

Seorang ibu empat anak, Ashra Banu, dari etnis Rohingya kepada Reuters, Senin 29 Oktober 2012, mengatakan bahwa aparat terlibat dalam pembantaian etnis mereka. "Kami diminta untuk tetap di dalam rumah, tapi kemudian mereka membakar rumah kami," kata wanita 33 tahun yang tinggal di desa Kyaukpyu ini.

"Ketika kami kabur ke luar rumah, kami ditembaki oleh Rakhine dan polisi. Kami tidak bisa menahan peluru. Jadi kami hanya berlari," kata Banu lagi.

Organisasi Human Right Watch (HRW) baru-baru ini merilis citra satelit kerusakan di desa Kyaukpyu, Rakhine, yang jadi pemukiman Muslim Rohingya. Di kota ini, lebih dari 811 rumah dibakar. Konflik yang meluas telah menghanguskan 4.600 rumah.

Sebelumnya pada Agustus lalu, HRW telah mengeluarkan laporan bukti-bukti campur tangan aparat dalam pembantaian warga Rohingya. Aparat membunuhi warga Rohingya yang berusaha kabur dan Laporan ini pemerintah Myanmar yang tengah berjuang mereformasi diri.

Laporan HRW ini dibenarkan oleh Abdul Awal yang mengatakan bahwa polisi menembaki mereka pada kekerasan pekan lalu. "Rakhine memukuli kami dan polisi menembaki kami. Kami lari ke laut, dan mengejar kami, memukuli dan menembaki," kata pria 30 tahun ini.

Puluhan ribu wanita dan pria Rohingya bertelanjang kaki mencapai kamp pengungsi Te Chaung. "Saya melihat banyak orang dibunuh. Kami tidak bisa melawan. Bagaiama bisa? Kami hidup dikelilingi desa Rakhine. Kami hanya bisa berlari ke pantai dan kabur dengan perahu," ujar Noru Hussein, 54, warga desa Kyaukpyu.

Film Keajaiban Air Mata Wanita Sajikan Keajaban dan Kehangatan

Tenda Kumuh

Kamp pengungsi Te Chaung didirikan di pesisir Sittwe setelah bentrokan pecah Juni lalu yang menewaskan 80 orang dan membuat 75.000 kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 40 perahu yang membawa 1.945 etnis Rohingya tiba di kamp ini dalam beberapa hari terakhir.

"Rakhine menyerang kami dengan pisau. Mereka membakar rumah kami, walaupun tidak apa-apa di dalamnya. Sekarang harta saya hanya baju yang melekat di badan. Saya tidak bisa kembali," tutur Zomillah, nenek 63 tahun yang kini mengungsi di kamp Te Chaung.

Di Te Chaung, hidup mereka seadanya di bawah tenda kumuh beralaskan tanah. Beberapa bahkan tidur di udara terbuka di bawah pohon. Bantuan dari World Food Program tidak mencukupi. Apalagi, tidak ada petugas medis di tempat itu. Anak-anak telanjang dan kebanyakan dari mereka mengalami gizi buruk.

"Kami tidak punya harapan lagi. Kami ingin kekerasan ini dihentikan. Kami ingin hidup damai. Tapi sekarang, tidak ada dari kami yang akan selamat," keluh Mohammed Jikeh, 34, mantan nelayan yang hidup di Te Chaung sejak Juni lalu. Sebanyak 11 anggota keluarganya tewas dalam bentrokan itu. (sj)

Jaga Kaki Tetap Sehat, Ini 5 Tips Pilih Sandal yang Nyaman
Mobil All New Agya GR Sport

Bikin Istri dan Pacar Senang, Ini Pilihan Mobil Baru Buat Gaji UMR

Bagi karyawan yang bekerja di Jakarta dengan rata-rata gaji UMR, atau upah minimum regional sebesar Rp5 jutaan, ada beberapa mobil baru yang bisa dibeli dengan kredit....

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024