Bergaji Rendah, Warga Arab Protes Melalui Twitter

Tweet di Twitter
Sumber :
  • http://www.digitaltrends.com
VIVAnews -
Delegasi World Water Forum Mulai Tiba di Bali 15 Mei, Imigrasi Siapkan Jalur Khusus
Warga Arab Saudi ramai-ramai menyuarakan protes mereka melalui akun Twitter soal kecilnya gaji per bulan yang mereka terima. Alhasil, sebuah kampanye di Twitter bertajuk "Gaji Tidak Memenuhi Kebutuhan Saya" diluncurkan di Arab Saudi.

Majelis Umum PBB Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh, 9 Negara Menolak Termasuk AS

Laman
Pernah Diblokir Kominfo Karena Berpotensi Jadi Judi Online, HGI Hapus Fitur Kirim Koin
Al Arabiya , Rabu 14 Agustus 2013 melansir kampanye ini berhasil mendapat 17 juta respons hanya dalam waktu dua minggu sejak diluncurkan. Bahkan tagar kampanye itu telah menjadi topik ke-16 terpopuler di Twitter dalam berbagai bahasa.

Menurut laporan majalah
Foreign Policy
edisi Agustus ini, sejak kampanye itu diluncurkan rata-rata terdapat lebih dari satu juta kicauan per harinya. Kampanye itu berisi kekecewaan warga Arab Saudi karena mereka yang bekerja di sektor swasta dibayar rendah per bulannya.


"Kritik yang kami lontarkan bukanlah merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap pemerintah, namun lebih untuk menyampaikan aspiasi dengan cara yang lebih lembut dan sopan," ungkap salah satu pengguna Twitter.


Menurut mereka gaji yang diterima pekerja sektor swasta di Arab Saudi menempati poisisi terbawah apabila dibandingkan dengan negara-negara di Dewan Kerjasama Teluk, seperti Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Data itu diperoleh dari sebuah kajian yang dilakukan Bank Dunia tahun 2013.


Karyawan swasta di Arab Saudi rata-rata digaji per bulannya 6.400 SAR atau Rp17,5 juta. Sementara para PNS di negara Teluk lainnya digaji lebih besar yakni 15.200 SAR atau Rp41,7 juta.


Gaji yang lebih besar juga diberikan oleh perusahaan swasta Eropa di negara Teluk selain Arab Saudi, yaitu SAR23.600 atau Rp64,8 juta per bulannya. Namun di mata analis ekonomi, Aqeel al-Onaizi, kenaikan gaji juga dapat berdampak negatif, karena akan ikut mengerek naik harga barang kebutuhan sehari-hari.


"Banyak orang yang memiliki masalah dalam mengelola keuangan. Bila mereka mendapat kenaikan gaji atau pinjaman, mereka bukan menggunakannya untuk sesuatu yang bermanfaat, melainkan hanya untuk berlibur atau membeli sebuah mobil," kata ekonomis lainnya, Abdulrahman al-Mazi.


Komentar senada juga diungkap kepala editor harian
al-Tejara,
Mohammad al-Saed. Menurut al-Saed, sebaiknya tidak perlu ada kenaikan gaji bagi para pegawa itu, karena sebagian besar mereka hidup glamor.


"Sebagian besar warga negara tidak tahu bagaimana cara menabung. Mereka hidup konsumerisme," kata al-Saed.


Kritik lainnya yang ditujukan terhadap kampanye tersebut yaitu soal apakah realistis bagi warga Arab Saudi yang menuntut kenaikan gaji dari pemerintah. Hal itu diungkap Sekretaris Kabinet,  Abdulrahman al-Sadhan, kepada harian Saudi, al-Watan.


"Arab Saudi merupakan negara yang membuat iri banyak negara lainnya, karena di sini ada faktor keamanan dan keselamatan. Selain itu tingkat kesejahteraan di sini lebih tinggi," kata Sadhan.


Maka dia menuduh kampanye di Twitter itu tidak lebih dari aksi konspirasi melawan negara dan menghasut warga. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya