Survei: Politik Identitas Menguat di Pilkada DKI

Tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA.co.id – Direktur eksekutif Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun, menyatakan bahwa Pilkada DKI Jakarta telah menyajikan fenomena yang unik terkait politik identitas, yaitu menguatnya isu berdasarkan identitas dalam hal ini agama.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

"Kita tidak bisa pungkiri, di tengah tingkat rasionalitas, penduduk Jakarta yang lebih tinggi dari provinsi lain, namun pada Pilkada 2017 ini isu identitas, terutama agama sedang menguat," kata Rico saat memaparkan hasil survei terbarunya di Jakarta, Jumat, 10 Februari 2017.

Rico mengakui sebagian besar warga Jakarta pada dasarnya memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perbedaan etnik dan agama dalam hidup bertentangga. Namun, jika terkait dengan pengisian jabatan publik, sikap resistensi warga terhadap perbedaan cukup signifikan.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

"Ketika ditanyakan bagaimana perasaan Anda ketika bertetangga dengan orang yang berbeda agama, jawaban warga sebesar 32,5 persen menyatakan cukup nyaman. Sedangkan sebanyak 62,8 persen menyatakan biasa saja, dan hanya 4,0 persen menyatakan tidak nyaman, sedangkan 0,7 persen tidak tahu," katanya.

Namun menurut Rico, ternyata ada perbandingan yang cukup signifikan dari publik Jakarta yang menjadikan identitas agama sebagai basis penerimaan, terkait pejabat publik.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

"Ketika ditanyakan bagaimana perasaan Anda jika pimpinan masyarakat seperti RT, RW, lurah, camat, dan walikota, di lingkungan Anda, berasal dari agama lain? Ternyata 35 persen warga menyatakan tidak nyaman, 51,8 persen menyatakan biasa saja, 11,2 persen merasa nyaman, dan 2 persen menjawab tidak tahu,” katanya.

Begitu juga persepsi warga terkait agama yang dibawa ke dalam urusan politik, ternyata dukungannya cukup besar. Menurut Rico, ketika menanyakan kepada responden tentang seberapa setujukah mereka jika ada yang berpendapat, bahwa agama sebaiknya tidak dibawa-bawa ke dalam politik?

Ternyata 22 persen menjawab setuju, 27,6 persen biasa saja, sedangkan sebanyak 32,6 persen menyatakan tidak setuju, dan sisanya tidak tahu.

Makin besarnya peran politik identitas di kalangan warga Jakarta juga terlihat ketika ditanyakan seberapa setujukan mereka jika ada yang berpendapat, bahwa Tokoh Agama sebaiknya tidak Terjun Kedalam Dunia politik dan memperebutkan kekuasaan? Hasilnya, 21,4 menyatkan cukup setuju, 22.1 persen menyatakan bisas saja, 37,6 persen menyatakan tidak setuju, dan 18,9 persen menyatakan tidak tahu.

Survei dilakukan pada rentang 29 Januari sampai 2 Februari 2017 terhadap 800 responden. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling, dengan margin eror plus minus 3,4 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya