Batan Kembangkan Nuklir untuk Terapi Kanker Payudara

Fasilitas reaktor riset nuklir Badan Tenaga Atom
Sumber :
  • BNPT
VIVAnews
Bikin Istri dan Pacar Senang, Ini Pilihan Mobil Baru Buat Gaji UMR
- Teknologi nuklir sering dipandang miring oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena dianggap lebih banyak dampak negatifnya. Namun dalam perkembangannya, teknologi nuklir bermanfaat dalam bidang pengembangan kesehatan, pangan dan juga energi.

Film Keajaiban Air Mata Wanita Sajikan Keajaban dan Kehangatan

Menginjak pada usia ke-56, Badan Tenaga Nuklir Nasional mampu mengembangkan teknologi nuklir untuk pengobatan penyakit kanker ganas yang menjadi salah satu penyakit penyebab utama kematian di Indonesia.
Jaga Kaki Tetap Sehat, Ini 5 Tips Pilih Sandal yang Nyaman


"Di bidang kesehatan, mulai tahun ini, kami bersama 24 institusi lain sedang mengembangkan teknologi antikanker atau terapi kanker dengan metode boron," ungkap Kepala BATAN, Prof Dr Djarot Sulistyo Wisnubroto, di Yogyakarta, Minggu 7 Desember 2014.


Beberapa negara maju telah mengembangkan metode terapi yang sama. Namun, menurut Djarot, yang dikembangkan di Indonesia berbeda.


"Jika di negara lain lebih fokus ke kanker otak, kita mengembangkan untuk kanker payudara karena jenis kanker itulah yang lebih banyak menyerang di Indonesia," jelasnya.


Prof Ir Yohannes Sardjono APU, selaku ketua konsorsium 25 institusi pengembang metode Boron Neutron Capture Cancer Therapy (BNCT) itu mengemukakan, penelitian yang sedang dikembangkan di BATAN diharapkan lebih maju dibandingkan yang ada di negara lain saat ini.


"Metode boron yang dipergunakan di negara-negara maju saat ini memiliki ketepatan sasaran satu dibanding sepuluh. Artinya, penghancuran sel kanker masih bisa mengenai sepuluh persen sel sehat di sekitarnya. Milik kita lebih tepat sasaran karena hanya akan berdampak pada lima persen sel sehat," kata Sardjono.


Terapi kanker dengan metode boron, jelas Kepala PSTA (Pusat Sains dan Teknologi Akselerator) BATAN Yogyakarta Sulistio Widodo, bukan dengan penyinaran langsung sebagaimana metode lain selama ini.


"BNCT melakukannya dengan penyinaran tidak langsung. Kita injeksikan senyawa boron ke dalam tubuh pasien, kemudian kita tembakkan setelah berada di sel yang telah terkena virus kanker," tuturnya.


Sardjono mengharapkan, pengembangan BNCT mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah terutama dari segi pembiayaan.


"Jika pengembangan terapi kanker melalui teknologi nuklir ini berhasil, akan sangat membantu bagi penderita kanker," ujarnya.


Ia menargetkan, pada 2017 nanti, pengembangan terapi BNCT itu sudah akan masuk pada tahap ujicoba pada pasien.


Pengembangan di bidang kesehatan maupun pangan, papar Djarot kemudian, tentu tak menyurutkan niat BATAN untuk mengembangkan energi listrik melalui teknologi nuklir. Sekian puluh tahun BATAN telah mengembangkan energi nuklir tapi tak kunjung bisa mendirikan PLTN (Pusat Listrik Tenaga Nuklir). Karena itu, BATAN akan membuat PLTN mini sebagai model pada 2015 besok.


"Kami akan mendirikan model tersebut di lingkungan BATAN di Serpong, Tangerang. Kecil-kecilan dan mungkin hanya akan menghasilkan energi listrik sebesar tiga megawatt. Bisa saja, nantinya, kita juga akan menyalurkan ke penduduk sekitar sebagai bukti energi nuklir aman," kata Djarot.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya