Teroris Mampu Manfaatkan Dunia Maya Secara Maksimal

Ilustrasi Twitter.
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id –  Upaya melakukan propaganda dan perekrutan anggota baru oleh kelompok teroris masih sangat gencar. Kelompok ini terus menggunakan media internet atau fasilitas dunia maya baik seperti  website, blog, media sosial, dan fasilitas lainnya untuk menjaring anggota baru.

Remaja Tikam 2 Pendeta Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka Terorisme

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kasubdit Pengawasan dan Kontra Propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kol (Inf) Dadang Hendrayudha. Ia mengatakan, dari tahun ke tahun jumlah website yang berisi tentang terorisme terus membengkak. Pada 1998 lalu teridentifikasi ada 12 website teroris, dan pada 2003, telah meningkat menjadi 2.650 website. Jumlah itu membengkak menjadi hampir 10 ribu website pada tahun 2014.

"Jumlah terus bertambah banyak meski usaha pemblokiran oleh pemerintah dan instansi terkait terus dilakukan," katanya di Yogyakarta, Selasa 19 Juli 2016.

Kemarin Gamblang, Kini Rusia Secara Resmi Salahkan Ukraina atas Serangan Terorisme di Moskow

Menurut dia, para teroris itu sangat gencar membuat propaganda-propaganda dan bahkan telah memanfaatkan berbagai peluang di dunia maya untuk kepentingan mereka.

“Terbukti, para teroris yang menyerang Nice, Prancis beberapa waktu lalu, menggunakan fasilitas chatt yang ada pada game online.  Tidak lagi memanfaatkan ponsel atau yang jaringan telekomunikasi lain,” ucapnya.

Kremlin: Presiden Vladimir Putin Rasakan Kesedihan Mendalam Atas Aksi Terorisme di Moskow

Pola komunikasi ini kemungkinan juga dilakukan oleh pelaku aksi bom bunuh diri di Surakarta yang sempat mengungkap tidak berkomunikasi dengan ponsel.

Lebih lanjut Dadang mengemukakan, menghadapi hal semacam itu, maka generasi muda Indonesia harus membangun kemampuan untuk melalukan kontra propaganda. “Baik melalui media sosial, website maupun blog serta fasilitas lainnya, harus muncul banyak tulisan yang menyejukkan, damai dan memberikan penjelasan yang sebenarnya,” katanya.

Misalnya muncul pertanyaan tentang jihad, maka di tulisan para Duta Damai Indonesia ini ada pula penjelasan tentang jihad yang sesungguhnya, bukan jihad yang menyesatkan sebagaimana yang diusung para radikalis dan teroris.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya