FOTO: Pesona Ghadames, Kota Kuno di Tengah Gurun

Ghadames
Sumber :
  • REUTERS/Ismail Zitouny
VIVAlife
Baru Lunas di Usia 45 Tahun, Meisya Siregar Ingatkan Gen Z Soal Rumah KPR
- Seorang pria tua berusia 80 tahun tampak bersandar pada sebuah tembok di pusat kota Ghadames, Libya. Pria tersebut bernama Mohammed Ibrahim dan bekerja sebagai pemandu wisata.

Jadwal Semifinal Piala Asia U-23, Irak Paksa Vietnam Angkat Kaki

Selama lebih dari 30 tahun, Ibrahim pernah memandu ribuan turis yang datang ke Ghadames dan  mengantar mereka melihat lebih dekat kota yang masuk dalam situs warisan dunia UNESCO tersebut. Namun semenjak tahun 2011, atau setelah rezim Muammar Gaddafi tumbang, arus wisatawan terhenti karena isu keamanan.
NasDem Mau Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Surya Paloh: Kita Sadar Diri


"Dahulu saya membawa para wisatawan ke sejumlah situs indah di kota tua. Mereka menyukainya. Mereka tak lagi datang sekarang, tetapi jika mereka kembali saya akan ada di sini," ucap Ibrahim yang mengenakan jubah tradisional seperti dilansir kantor berita
Reuters


Ghadames adalah sebuah kota kecil yang terletak di perbatasan barat Libya dengan Aljazair. Kota yang dihuni 11.000 jiwa ini merupakan tujuan utama para wisatawan yang datang ke Libya, sebelum terjadinya gelombang revolusi di Timur Tengah atau lebih dikenal dengan
Arab Spring
.


Di Ghadames, terdapat kota tua yang disebut Libyan Sahara. Rumah di kota ini dibangun dari batu bata lumpur. Kini, tak ada lagi yang tinggal di kota tua tersebut. Namun, beberapa penduduk masih terlihat bercocok tanam kurma, buah ara, dan delima. Sementara di musim panas, para pria berdoa di masjid.


Bagian dalam sejumlah rumah di kota tua dicat dengan warna putih dan dihiasi pola dari cat merah, ornamen perunggu, serta lemari warna-warni. Rumah ini dibuka untuk pengunjung yang ingin mendapatkan pengalaman menyantap makanan di atas lantai beralaskan karpet.  


Biasanya turis datang ke Ghadames pada Oktober hingga Mei. Menurut mantan guru dan pemandu wisata, Taher Ibrahim, turis yang datang setiap musimnya diperkirakan mencapai 30.000-35.000 orang.


"Dahulu kami dikunjungi turis dari seluruh dunia. Kunjungan mereka meningkatkan pendapatan masyarakat lokal - hotel, pemandu wisata, supir," ujarnya.


Meski demikian, ia mengaku jumlah tersebut tidak terlalu besar. Rezim terdahulu dianggap tidak terlalu fokus dengan pariwisata. "Semuanya dilakukan swasta," katanya.


Meski Libya telah berganti penguasa, pariwisata belum menjadi prioritas utama. Menurut Ketua Dewan Kota Ghadames, Sirajaddeen al-Mwaffag, mendongkrak tingkat kunjungan wisata adalah target jangka panjang.


Selain itu warga setempat memang tidak terlalu tergantung pada pariwisata. Sebagian besar dari mereka mendapat pemasukan dari bisnis atau digaji negara. Meski demikian, anjloknya jumlah turis telah berdampak pada berkurangnya penginapan.


"Sebelum revolusi ada tujuh hotel di Ghadames, sekarang hanya dua yang benar-benar buka," ucap Jafer Albdehamid dari Hotel Ben Yeder.


"Mudah-mudahan turis asing akan datang kembali di masa depan setelah ada pemerintah yang kuat dan keamanan lebih baik."


Kadang-kadang, delegasi diplomatik atau pebisnis melakukan perjalanan ke Ghadames. Seperti diketahui, kota ini hanya memiliki tiga kali penerbangan per minggu. Penduduk setempat menyatakan bahwa bandara kecil Ghadames membutuhkan investasi untuk menampung turis yang lebih banyak di masa depan.


Setiap bulan Oktober, Ghadames mengadakan festival selama tiga hari. Dalam festival ini, pengunjung bisa menyanyi dan menari di jalan-jalan serta menikmati matahari terbenam dari atas bukit pasir. Pejabat setempat berharap festival ini bisa kembali digelar.(sj)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya