Yang Baru di Indonesia Open 2017

Maskot Indonesia Open Sapa Masyarakat
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Gelaran ajang bulutangkis bergengsi BCA Indonesia Open Superseries Premier (BIOSSP) 2017 mulai menggetarkan gaungnya. Deretan bintang top dunia mulai beradu ketangguhan untuk membidik podium tertinggi dari perhelatan pada 12-18 Juni 2017 tersebut.

Antrean Mengular, Tiket VIP Indonesia Open 2018 Ludes

Tak cuma itu, turnamen berhadiah total US$1.000.000 tersebut kini juga digelar di venue baru dari sebelumnya yakni tempat megah  di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan. Suasana baru ini pula yang tampaknya cukup menarik perhatian sejumlah penggemar di Tanah air.

Publik bulutangkis Indonesia, atau khususnya Jakarta tentu lebih familiar dengan atmosfer Istora Senayan sebagai venue ajang tepok bulu bergengsi.

Jadwal Lengkap Final Indonesia Open 2018

Lantas apa saja poin positif dari beralihnya venue pertandingan dari yang biasanya di Istora Senayan ke arena Plenary Hall JCC? Berikut analisa VIVA.co.id dari pantauan hari pertama BIOSSP 2017:

Bangku penonton single seat

Duel Seru Lawan Denmark, Marcus/Kevin Melenggang ke Semifinal

Kenyamanan dalam menyaksikan sebuah pertunjukan tentunya jadi prioritas bagi para penonton. Tak terkecuali juga dalam event BIOSSP 2017 kali ini.

Jika di Istora Senayan kerap ditemukan temapt duduk penonton yang belum berupa single seat atau masih berbentuk kursi kayu panjang dalam tiap baris tribun (kelas I dan II) maka lain halnya dengan tribun khas ala JCC.

Dengan identik sebagai venue pergelaran konser musik dan wisuda, JCC memang menawarkan suatu kenyamanan bagi pengunjungnya dengan tiap bangku di tribun (atas dan bawah) telah berupa single seat yang cukup representatif untuk menyaksikan pertunjukan.

Kondisi toilet

Bagi penonton yang kerap berlangganan menyaksikan BIOSSP di Istora Senayan, keluhan terkait kondisi toilet pasti akan menjadi daftar utama dalam buruknya fasilitas venue tersebut. Alhasil, ajang bergengsi kelas dunia ini pun acap kali tercoreng kualitas penyelenggaraan akibat toilet yang rusak, bau dan tidak representatif kondisinya.

Tapi situasi itu justru berbeda jauh dengan toilet yang ada di kompleks hall JCC. Dengan jumlahnya yang relatif lebih banyak, kondisi toiletnya pun sangat nyaman dan selalu terpantau kebersihannya.

Pendingin ruangan yang berfungsi maksimal

Arena pertandingan olahraga memang identik dengan aktifitas keramaian massa yang kerap menimbulkan suasana "hangat". Hal seperti itu pun juga hampir pasti dialami para penonton BIOSSP tiap kali datang mendukung jagoan idola di Istora Senayan.

Meski berlabel venur indoor, namun kapasitas Istora yang dapat menampung 8000 orang lebih seolah jadi kendala untuk membuat tribun penonton terasa sejuk. Namun, kondisi ini tak akan dijumpai penonton tatkala menapaki kakinya di arena Plenary Hall JCC.

Dengan kapasitas penonton hanya sebanyak 2000 orang saja, tentu udara sejuk di dalam arena pertandingan lebih bisa terasa begitu pertama kali masuk arena tersebut. 

Tak cuma karena kapasitasnya yang lebih minim, penyelenggara memang tampak serius menghadirkan hawa sejuk ke dalam arena dimana tampak puluhan pendingin ruangan portable dikerahkan di tiap pintu masuk tribun.

Mushola dadakan

Waktu penyelenggaraan BIOSSP 2017 yang bertepatan dengan bulan Ramadan, menjadikan tempat satu ini jadi salah satu yang paling dicari untuk tetap tidak ketinggalan dalam menunaikan ibadah. Uniknya, area tempat salat di JCC bersifat non-permanen atau lebih tepatnya dadakan.

Bertempat di sebidang sudut bagian barat lantai bawah komplek hall JCC, mushola tersebut hanya terdiri dari gelaran berbaris sajadah yang menghadap kiblat. Namun, kondisi ini justru memiliki tempat yang jauh lebih lega ketimbang mushola di dalam arena Istora Senayan.

Bukan itu saja, di lokasi ini pengunjung lebih merasa lebih nyaman karena mushola tidak terasa pengap, lokasi salat pria dan wanita terpisah cukup ideal dan tempat berwudhu yang lebih representatif.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya