Penumpang Pesawat Turun Drastis, AP II Siapkan Tiga Skenario Bisnis

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhamad Awaluddin.
Sumber :
  • VIVAnews/Sherly

VIVA – Di tengah pandemi virus corona atau Covid-19, tren pergerakan penumpang dan pesawat di setiap bandar udara yang dikelola PT Angkasa Pura II mengalami penurunan drastis.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhamad Awaluddin mengatakan, jumlah penumpang pesawat di 19 bandara perseroan pada 2020 ini, pada awalnya diperkirakan mencapai 93,92 juta penumpang. 

Namun adanya pandemi global Covid-19, ditambah melihat situasi, kondisi, perkembangan di industri serta kebijakan regulator terutama adanya pemberhentian layanan penumpang, khususnya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang maka, pihaknya memperkirakan jumlah penumpang tidak akan mencapai 93,92 juta penumpang.

"Melihat situasi yang ada tentu pergerakan penumpang tidak sampai target yang ada. Maka dari itu, kami menetapkan tiga skenario sebagai dasar dalam menjalankan strategi bisnis penerbangan di tengah pandemi ini. Tiga skenario itu ada best scenario, bad scenario dan worst scenario," katanya, Jumat, 24 April 2020.

Untuk best scenario diperkirakan jumlah penumpang pesawat di 19 bandara mencapai 68,22 juta penumpang atau lebih rendah 27 persen dibandingkan dengan perkiraan awal, sementara itu pada Bad Scenario bisa sebanyak 63,49 juta penumpang atau lebih rendah 32 persen dari perkiraan awal, dan pada Worst Scenario jumlah penumpang kemungkinan 57,80 juta penumpang atau lebih rendah 38,45 persen dari perkiraan.

"Perkiraan jumlah penumpang berdasarkan tiga kriteria di atas didasarkan pada periode berakhirnya pandemi, kecepatan recovery industri aviasi dan periode normal yang ditandai dengan kondisi ekonomi yang sudah kembali stabil," ujarnya. 

Adapun dalam menghadapi tantangan Covid-19 ini, PT Angkasa Pura II telah menetapkan strategi mitigasi risiko yaitu Business Continuity Management yang terdiri dari tiga fase yaitu Business Survival, Business Recovery, dan Business Sustainability.

"Saat ini perseroan tengah menjalankan fase Business Survival dengan obyektifnya antara lain perlindungan tenaga kerja, cost leadership, pemilihan prioritas investasi dan optimalisasi arus kas perseroan," ungkapnya.