Virus Corona Ancam Jasa Ibu Pengganti

Virus corona telah menyebabkan bayi-bayi yang lahir dari ibu pengganti `terlantar`.-SERGEI SUPINSKY / AFP
Sumber :
  • bbc

Ketika Flavia Lavorino memutuskan untuk memiliki bayi melalui surogasi, dia melihat negara Ukraina di peta dan melakukan perhitungan jarak.

Kota Buenos Aires di Argentina, tempat ia tinggal, dan ibukota Ukraina, Kyiv, terpisah sekitar 12.800 kilometer.

"Ini adalah upaya terakhir kami. Kami telah berhenti berusaha memiliki bayi sendiri. Ketika kami mendengar dari seorang rekan tentang bagaimana kami bisa memiliki anak melalui ibu pengganti, kami langsung melakukannya," kata Flavia.

Bersama José Pérez, pasangannya selama 15 tahun, mereka telah mencoba banyak opsi medis untuk mendapat anak sendiri.

Flavia berhasil hamil melalui prosedur yang kompleks dan menyakitkan sekali, tetapi itu pun mengalami keguguran.

"Jadi, ketika kami mendapat konfirmasi bahwa ibu pengganti kami di Ukraina baik-baik saja dan kehamilan berlangsung baik, kami sangat senang," kata Jose.

Mereka tidak menyangka bahwa pada saat bayi itu lahir mereka akan terdampar di sisi lain Atlantik karena pandemi virus corona.

Putra mereka, yang mereka namai Manuel, sekarang berusia tujuh minggu - dan mereka belum bisa bertemu dengannya.

CORTESIA LAVORINO/PEREZ
Jose dan Flavia berangkat ke Ukraina di bulan Juli 2019. Namun, di bulan Maret mereka belum bisa masuk kembali ke negara itu.

"Ini adalah mimpi terburuk. Bayangkan kami sudah menunggu begitu lama dan kemudian harus menunggu lebih lama lagi, tanpa tahu kapan kami bisa bepergian," kata Jose.

Ukraina, seperti banyak negara lain, telah menutup perbatasannya untuk pengunjung internasional dalam upaya membatasi penyebaran Covid-19, yang telah menewaskan lebih dari 300.000 orang di seluruh dunia.

Itu telah menyebabkan puluhan bayi yang lahir dari ibu pengganti di Ukrania - yang dijadwalkan untuk diambil dari orang tua dari luar negeri - belum jelas nasibnya.

Ukraina adalah salah satu pusat pariwisata kesuburan di dunia.

Argentina juga telah memberlakukan larangan perjalanan pada semua penerbangan komersial hingga September sebagai bagian dari lockdown yang ketat, sehingga pasangan itu tidak mungkin merencanakan perjalanan untuk masa yang akan datang.

"Kontak fisik pada titik ini adalah kuncinya, bayi kami harus bersama kami," kata ayah baru itu.

"Sepertinya tidak mungkin ..."

Flavia dan Jose memulai perjalanan surogasi mereka pada Desember 2018 dan melakukan perjalanan ke Kyiv empat bulan kemudian untuk membuat bayi mereka.

CORTESIA LAVORINO/PEREZ
Manuel - atau Manu, lahir tanggal 30 Maret.

Embrio, dari sperma Jose dan sel telur Flavia, yang dibuat di laboratorium ini kemudian dipindahkan ke dalam rahim "ibu pengganti", yang telah mereka hubungi melalui klinik setempat.

"Kami tidak pernah bertemu ibu pengganti kami, klinik mengatur hubungan kami dan kami tidak benar-benar tahu secara spesifik. Kami hanya tahu bahwa pembayarannya telah selesai, tentu saja," kata Jose.

Surogasi komersial legal di Ukraina - dan merupakan bisnis besar juga.

Paket reproduksi bantuan rata-rata itu berkisar dari $30.000 hingga $50.000 (sekitar Rp 400 juta hingga Rp 700 juta),lebih murah dari biaya jasa serupa di AS dan negara-negara lain di mana surogasi komersial diizinkan.

Untuk pasangan Argentina itu, itu berarti meminjam uang dari keluarga.

Mereka tidak mengatakan berapa banyak yang telah mereka habiskan tetapi biayanya ada "dalam kisaran itu, dan mungkin setengahnya dibayarkan ke ibu pengganti".

"Ketika kami mendapat konfirmasi bahwa transfer telah berhasil pada akhir Juli, kami mulai merencanakan setiap detail. Kami ingin melakukan perjalanan beberapa hari sebelum tanggal lahiran, yaitu 10 April," kata Flavia.

BBC
Permintaan jasa ibu pengganti di Ukraina sedang meningkat pesat.

"Sementara itu, kami menjalani kehamilan ini melalui foto pemindaian ultrasound bulanan yang dikirim klinik kepada kami," tambah Jose.

Pasangan itu telah memesan penerbangan trans-Atlantik untuk tanggal 2 April, dengan terlebih dulu singgah di Madrid.

Ketika virus corona mulai menyebar dan menghantam Spanyol dengan parah, mereka menyadari perjalanan mereka mungkin tidak berjalan sesuai rencana.

"Tetapi pada awalnya, kami tidak berpikir bahwa perjalanan ini tidak bisa dilakukan sama sekali. Saya pikir kami memiliki optimisme keliru bahwa, `mungkin butuh waktu lebih lama untuk sampai ke Ukraina`. Kami terus melanjutkan perencanaan bahkan ketika kami menyaksikan bandara mulai ditutup di mana-mana," kata Flavia.

Ketika negara-negara Eropa menutup perbatasan dan Argentina menerapkan lockdown pada pertengahan Maret, pasangan itu mulai putus asa.

CORTESIA LAVORINO/PEREZ
Flavia dan Jose tinggal 12.800 kilometer jauhnya dari ibu kota Ukraina.

"Saya takut. Kami tahu keadaan ini tidak biasa, tetapi kami meremehkan implikasinya," kata Flavia.

Gambaran itu semakin rumit dengan fakta bahwa keduanya bekerja di bidang kesehatan.

Flavia adalah pekerja sosial dan Jose adalah seorang dokter di unit perawatan intensif di sebuah rumah sakit di luar Buenos Aires.

Sebagai pekerja kesehatan, awalnya mereka tidak diizinkan untuk mengambil cuti. Jose harus sendiri harus merawat pasien Covid-19.

"Kami mulai berkomunikasi secara teratur dengan koordinator klinik berbahasa Spanyol melalui WhatsApp untuk membuat rencana," katanya.

Tetap tenang, itulah pesan yang ia terima. Pusat kesuburan telah menyiapkan tempat tinggal untuk bayi itu, Manuel, sementara ia menunggu orang tuanya.

"Mereka memberi tahu kami bahwa bayi yang baru lahir akan aman, dirawat, makan cukup ...

"Mereka menenangkan kami," kata Jose.

Kelahiran lebih cepat

Putra pasangan ini lahir lebih awal dari jadwal, yakni pada 30 Maret.

Jose dan Flavia dikirimi berita itu melalui SMS di pagi hari ketika mereka sedang dalam perjalanan ke tempat kerja.

SERGEI SUPINSKY / AFP
Sebuah ruangan di hotel yang berubah menjadi ruang pengasuhan bayi. Hotel Venice dimiliki oleh Biotexcom.

"Mereka memberi tahu kami bahwa kami memiliki sudah memiliki anak dan jaraknya 12.500 kilometer jauhnya ... Kami harus menghentikan mobil, kami hampir saja mengalami kecelakaan," kenang Flavia.

Kemudian pada hari itu mereka pertama kali melihat bayi laki-laki mereka yang sehat, tingginya 52 cm dan beratnya 3,6 kilogram- melalui foto.

"Ibu pengganti kami bertanya kepada klinik apakah dia bisa mengirimi kami pesan WhatsApp. Dia menulis kepada kami bahwa dia memiliki kehamilan yang bahagia dan dia bangga membuat impian seumur hidup kami menjadi kenyataan," kata Jose.

"Kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya, tetapi kami mengatakan kepadanya bahwa ia telah melengkapi keluarga kami dan selamanya mengubah hidup kami," tambah Flavia.

Pasangan itu tidak pernah berpikir untuk meninggalkan bayinya.

Di negara-negara lain, beberapa anak yang lahir melalui surogasi tinggal dengan ibu pengganti atau pengasuh anak di klinik selama pandemi.

"Apakah bayi itu dirawat ibu pengganti atau perawat itu tak masalah. Yang mereka lakukan hanyalah menjaga kesehatan dasar bayi dan memastikan tanda-tanda perkembangan normal. Tetapi tidak ada yang akan bisa memberinya cinta dari orang tua selama minggu-minggu pertama yang penting ini, "kata Jose.

"Ini memilukan."

BIOTEXCOM
Perawat akan merawat bayi-bayi yang ada sampai orang tua mereka bisa masuk ke Ukraina.

Hotel bayi

Klinik kesuburan Ukraina membuat pengaturan untuk menaruh bayi-bayi yang belum diambil orang tua mereka di hotel di pinggiran Kyiv, yang dimiliki klinik surogasi.

Dan bukan hanya Manuel - sekitar 50 bayi yang baru lahir dirawat di kamar bayi bergaya asrama.

Dan jumlahnya mungkin terus bertambah karena kelahiran baru akan terjadi selama beberapa minggu mendatang dan pembatasan pergerakan tidak mungkin dicabut.

"Kami memiliki bayi China, bayi Italia, bayi Spanyol, bayi Inggris ...", kata Denis Herma, juru bicara BioTexCom Center for Human Reproduction, salah satu agen surogasi paling populer di Ukraina.

Hotel Venice biasanya ditawarkan sebagai akomodasi untuk orang tua kandung yang datang ke Ukraina untuk menjemput anak mereka.

Sekarang tim perawat yang bekerja sepanjang waktu bekerja di hotel ini di bawah aturan karantina yang ketat.

Sebuah video yang dibuat oleh BioTexCom beberapa hari yang lalu, dan diterbitkan oleh media di seluruh dunia, menunjukkan krisis bayi surogasi, yang menghidupkan kembali perdebatan tentang "bisnis pembuatan bayi" yang dikontrol secara longgar di negara Eropa Timur ini.

BIOTEXCOM
Klinik merilis foto yang menunjukkan krisis terhadap bayi yang dilahirkan melalui surogasi karena pandemi.

Ranjang bayi disusun dalam baris, nama-nama mereka dicetak dalam warna-warna cerah pada baju tidur masing-masing.

"Kami merasa sangat kasihan pada mereka, kami tahu tidak ada yang bisa menggantikan orang tua mereka," kata perawat Olha Kuts kepada BBC.

Jose dan Flavia mendapatkan informasi harian dari perawat yang dapat berbicara bahasa Spanyol.

"Ketika dia berusia satu bulan, kami melakukan videocall yang sangat panjang, perawat di sana sangat baik pada kami," kata Flavia.

"Mereka memeluk Manuel cukup lama dan dia berat! Melihatnya secara langsung terasa sangat berbeda.

"Tetapi kami mengerti bahwa mereka akan mengurus lebih banyak bayi ke depannya dan mereka tak akan dapat menghabiskan waktu dengan bayi kami, seperti yang kami harapkan, dan itu sangat rumit," kata Jose.

BBC

Analisis: Debat soal lockdown dan pariwisata kesuburan

Oleh Zhanna Bezpiatchuk - BBC News Ukraina, Kyiv

Sejak 2015, ketika hotspot surogasi di Asia mulai ditutup satu-per-satu di tengah laporan eksploitasi, Ukraina berubah menjadi pusat global untuk surogasi komersial.

Dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan negara lain, peraturan yang lebih longgar dan meningkatnya permintaan dari luar negeri, klinik reproduksi Ukraina sedang berkembang pesat.

Banyak perempuan Ukraina, kebanyakan dari kota-kota kecil atau daerah pedesaan, melihat ini sebagai peluang keuangan.

Paket lengkap mungkin berharga sekitar $ 50.000 (Rp 700 juta) dan seorang ibu pengganti mungkin mendapatkan kurang dari setengahnya - tetapi ini masih merupakan uang yang besar menurut standar Ukraina.

Seorang ibu pengganti harus memiliki setidaknya satu anak sendiri agar memenuhi syarat.

Dia tidak boleh memiliki hubungan genetik dan tidak pernah merawat bayi yang baru lahir. Ini adalah aturan ketat yang dirancang untuk mencegah keterikatan emosional.

Proses karantina yang dilakukan mengungkapkan hal yang tampaknya diabaikan pejabat kesehatan Ukraina sejak lama.

Tidak ada yang tahu persis berapa banyak bayi yang lahir di sini setiap tahun melalui surogasi. Sejak lockdown selama dua bulan, setidaknya 100 bayi sudah terpisahkan dari orang tua mereka.

Bagi banyak pasangan yang mengalami kemandulan, ibu pengganti mungkin satu-satunya kesempatan untuk memiliki anak.

Tetapi bagi para kritikus surogasi, pandemi ini telah memicu perdebatan tentang apa yang disebut "pabrik bayi" dan pariwisata kesuburan.

BBC
Ibu pengganti menjalani tes kesehatan rutin yang dibiayai klinik dan agen surogasi.

Negosiasi diplomatik

Perbatasan Ukraina telah ditutup sejak Maret.

Pemerintah "memutuskan untuk tidak mengizinkan orang asing datang ke Ukraina bahkan jika mereka memiliki bayi yang lahir di Ukraina", kata Denis Herma dari BioTexCom.

Namun beberapa keluarga telah berhasil masuk Ukraina dengan izin khusus melalui negosiasi yang dilakukan negara masing-masing negara dengan otoritas Ukraina, melalui kedutaan dan konsulat.

Orang tua dari 15 bayi telah diizinkan sejauh ini, termasuk pasangan dari Swedia yang sampai di ibukota Ukraina dengan jet pribadi yang dibayar oleh donor anonim, seperti yang mereka katakan kepada BBC.

Di Argentina, ada 16 keluarga lain yang menunggu dengan Flavia dan Jose. Tiga bayi telah lahir, sisanya akan lahir antara akhir Mei dan September.

Mereka telah meluncurkan petisi bersama untuk membuat pemerintah setempat menanggapi permintaan mereka.

Getty Images
Boryspil International airport, bandara terbesar di Ukraina tutup 16 Maret lalu.

"Kami menunggu sekitar 20 hari karena kami memahami ini adalah masa yang sangat rumit. Kemudian kami mengajukan permohonan melalui jalur hukum," kata Jose.

Negosiasi telah bergerak maju dan Ukraina baru saja menyetujui permintaan mereka. Mereka sekarang meminta pemerintah Argentina untuk mengizinkan penerbangan dengan alasan kemanusiaan.

Mereka berharap mendapatkan izin "sebelum akhir bulan, kami yakin".

Dan masa penantian mereka belum akan berakhir ketika mereka sampai di Ukraina.

"Kami perlu mengisolasi diri selama 14 hari sebelum bisa melihat Manu," kata Flavia.

"Itu masuk akal dan bijaksana jika kita mempertimbangkan keselamatan bayi."

Maxym Marusenko/NurPhoto
Kyiv secara perlahan melonggarkan aturan lockdown. Pasar Zhytniy beroperasi kembali pada pertengahan Mei.

Mereka perlu memproses dokumen-dokumen bayi sebelum kembali ke Argentina dan bahkan mungkin menunggu perbatasan dibuka kembali.

"Kami tidak peduli tentang perjalanan itu. Kami memiliki seorang putra yang berusia tujuh minggu dan dia berada jauh dari kami," kata Flavia.

"Bagi kami, sangat sulit untuk memiliki anak, yang secara fisik dan emosional menguras tenaga. Kami perlu menyelesaikan itu, untuk kami dan keluarga kami."

"Kami harus bertemu dengannya. Kami akan membereskan urusan yang lainnya nanti."