Transaksi Ekspor Impor Butuh Penyesuaian

Sumber :

VIVAnews - Keterbatasan valuta asing akibat krisis keuangan global membuat transaksi ekspor dan impor memerlukan penyesuaian. Pemberian kredit terkait ekspor-impor akan tetap dilakukan perbankan dengan peningkatan kehati-hatian.

Ketua Ikatan Bankir Indonesia (IBI) Agus Martowardojo mengatakan, semua negara yang mempunyai valuta asing dolar saat ini lebih hati-hati dalam mengelola likuiditasnya. Hal itu yang membuat bank lebih hati-hati memberikan kredit perdagangan atau letter of credit (L/C).

Menurutnya, untuk sektor usaha yang mempunyai pendapatan rupiah maka tidak disarankan untuk meminjam valas. Misalnya saja sektor konstruksi, harus meminjam dalam bentuk rupiah demi azas kehati-hatian. Perbankan Indonesia dalam keadaan sehat, namun bentuk kehati-hatian sangat diperlukan sekarang.

"Tapi kita mesti hati-hati kalau eksportir kita, menggunakan bank yang ada di negara pembeli, mungkin tidak bisa membayar karena banknya sedang tidak sehat," kata Agus di Gedung Departemen Keuangan, Senin 20 Agustus 2008, malam.

Sebelumnya beberapa pengusaha mengeluhkan perubahan kondisi pembayaran L/C, yang saat ini harus dilunasi menggunakan dana tunai, padahal dulu bisa menggunakan 30 persen dana di muka. Hal itu disebabkan kondisi pengetatatn likuditas yang terjadi di perbankan.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta agar perbankan dapat turut serta membangun sistem dalam penguatan ekspor. Bank Indonesia (BI) diminta ikut mengatasi sistem pembayaran ke negara tujuan ekspor.

"Kita kalau ekspor ke Rusia, masalahnya sekarang di sana sistem L/C-nya belum jalan tidak diakui. Begitu juga dengan Iran. Kalau toh Iran buka L/C bukanya di negara lain di Dubai. Jadi itu harus dipecahkan perbankan," kata Ketua Kadin MS Hidayat.