Tarif Turun, Kualitas Jaringan Memburuk

Sumber :

IVAnews - Penurunan tarif interkoneksi terhadap tarif pungut ritel telekomunikasi ternyata tidak serta merta memberi kepuasan kepada pengguna. Pasalnya, meskipun tarif menurun, kualitas jaringan semakin memburuk.

Kesimpulan tersebut diungkapka oleh hasil kajian Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) terkait beleid 1 April 2008. Kajian berfokus pada pengaruh penurunan tarif terhadap kualitas layanan pelanggan.

Setahun sejak diluncurkan beleid 1 April 2008 mengenai penurunan tarif, jumlah pelanggan dan trafik telekomunikasi meningkat drastis. Beleid tersebut menjadikan tarif ritel semakin murah.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) Dian Siswarini mengatakan ada hambatan pada jaringan telekomunikasi para anggotanya.

"Peningkatan pelanggan paska penurunan tarif interkoneksi tidak diiringi peningkatan infrastruktur memadai," katanya pada acara 'Evaluasi Satu Tahun Beleid' di Hotel Sahid Sudirman Jakarta, Rabu 29 April 2009.

Sebelum beleid diterbitkan, pelanggan yang merasa layanan selular cukup berkualitas adalah sekitar 78 persen. Sementara, setelah beleid diterbitkan, angka itu merosot jadi 59 persen.

Tak hanya itu, kini responden yang menilai kualitas layanan selular buruk ada sekitar 34 persen. Padahal sebelum beleid, hanya sekitar 13 persen yang menganggapnya demikian.

Sedangkan gangguan yang dirasakan setelah beleid dikeluarkan, adalah sulit melakukan panggilan, yakni sekitar 45 persen. Drop call dan SMS tak terkirim menyusul dengan masing-masing 27 persen dan 15 persen.

Kebutuhan infrastruktur jaringan yang lemah terutama disumbangkan pada kurangnya slot frekuensi untuk menampung jumlah pelanggan. Seandainya trafik suara menggunakan kapasitas hingga utilisasi maksimum, trafik data tidak dapat terlayani," ujar Dian.

Dian menjelaskan, laju penurunan tarif mengukuti deret hitung, tetapi laju kenaikan trafik mengikuti deret ukur. Apalagi ada faktor-faktor pembatas dalam penambahan kapasitas, seperti akses menempatkan antena dan lebar pita frekuensi yang dimiliki.

Pengamat Telekomunikasi Miftadi Sudjai mengatakan kemampuan jaringan telekomunikasi di Indonesia cukup padat. Untuk jaringan GSM 900 terdapat sekitar 24 carrier FDD dengan kapasitas 200 kHz. Sedangkan untuk jaringan 3G dengan 12 carrier FDD memiliki kapasitas 2x5 Mhz dengan lima operator.

Menurutnya, cara meningkatkan kapasitas jaringan melalui cara menggunakan menara bersama (BTS) untuk menghemat biaya investasi. "Tetapi harus diiringi dengan penambahan kanal frekuensi," kata Miftadi.