Ketimbang 2G, Operator Usul Matikan 3G

Ilustrasi Menara BTS.
Sumber :
  • flickr.com

VIVA.co.id – Wacana masa depan 2G di Indonesia, masih bergulir. Akhir tahun lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengusulkan untuk mematikan jaringan 2G di Indonesia.

Belakangan, Rudiantara menegaskan, ia tidak anti 2G, tetapi ingin mendorong, agar terjadi efisiensi dalam industri telekomunikasi Tanah Air. 

"Kalau untuk menghilangkan 2G, harus ada mekanisme, tetapi harus lihat ada efisiensi industri," kata Rudiantara dalam Indonesia LTE Conference 2017 di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Selasa 25 April 2017. 

Menkominfo menjelaskan, demi efisiensi industri, pemerintah akan melakukan upaya apapun yang sesuai ketentuan, termasuk dengan mengucurkan subsidi kepada industri telekomunikasi. 

Jika dirasa perlu demi efisiensi industri, kata menteri kelahiran Bogor itu, pemerintah bisa turun tangan dengan Universal Service Obligation (USO). Dia berharap, USO bisa jadi 2,5 kali lipat pada 2020. 

"Jadi, bisa berikan alternatif bagi mereka (pengguna yang kemampuan terjangkau)," kata dia. 

Dia menolak usulan, agar pemerintah memajaki tinggi handset 2G yang masuk ke Indonesia. Sebab, ide pemajakan itu akan menutup kesempatan warga yang kurang mampu dalam menikmati layanan telekomunikasi. 

Menanggapi wacana penghapusan 2G, Direktur Utama PT XL Axiata Tbk, Dian Siswarini menuturkan, dibanding menghapus 2G, pemerintah bisa melihat tren yang dilakukan penyedia teknologi. 

Dian mengatakan, penyedia teknologi seperti Ericsson dan Huawei, memiliki terobosan teknologi baru dalam mengelola 2G. Penyedia teknologi itu, kata dia, mewacanakan menghapus 3G.

"Memang benar 3G itu banci. Kalau dipakai buat voice call, jelek. Sementara, kalau dipakai untuk data juga kurang afdol," ujarnya. 

Dian mengatakan, layanan voice akan efisien dilayani dengan 2G, dan untuk itu sebaiknya alokasi frekuensi untuk layanan 3G bisa dilakukan. Frekuensi 3G saat ini, menurutnya, bisa dipakai untuk 4G. 

Perempuan berkaca mata ini mengatakan, tren data akan lebih cocok pada jaringan 4G. Dia mengatakan, untuk XL, perkembangan sudah mengarah ke data, dari layanan voice ke aplikasi voice call

"40 persen voice dilakukan dalam bentuk aplikasi yang akan men-trade-off  dari pendapatan. Voice akan turun dengan cepat," ujarnya. (asp)