Curhat Wapres, Pemerintah Sulit Penuhi Kebutuhan Rakyat

Wapres Jusuf Kalla saat mengunjungi toko buku di Makassar.
Sumber :
  • Setwapres RI

VIVA.co.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka perayaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2017 di Center Poin of Indonesia, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis, 10 Agustus 2017. Pada kesempatan itu, JK menyinggung soal sulitnya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. 

"Indonesia dengan penduduk 260 juta orang, setiap tahun membutuhkan begitu banyak kebutuhan dasar dan tidak mungkin diselesaikan tanpa teknologi," kata JK dalam sambutannya. 

Ia merujuk pada kelangkaan sejumlah komoditas pangan yang terjadi beberapa waktu terakhir di tahun ini. Mulai dari persoalan beras, gula, dan garam. Ia menilai, membengkaknya angka pertumbuhan penduduk menjadi penyebab sulitnya memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. 

Apalagi, kata dia, setiap tahun angka pertumbuhan penduduk di Indonesia mencapai hingga 3,5 juta penduduk. Angka itu, disebutnya meningkat 1,4 persen dari total penduduk Indonesia. 

"Tiap tahun penduduk Indonesia bertambah 3 juta orang. Bahkan sekarang 3,5 juta orang. Karena penduduk tumbuh 1,4 persen setiap tahun, artinya, kita butuh beras lebih banyak lagi, butuh gula lebih banyak lagi, butuh garam lebih banyak lagi," tuturnya. 

Hanya saja, lanjutnya, bertambahnya jumlah penduduk yang beriringan dengan meningkatnya kebutuhan, tidak ditunjang dengan ketersediaan sumber daya alam. Khususnya dalam hal peningkatan produksi kebutuhan pangan seperti beras, gula serta garam. 

"Di lain sisi kita kekurangan lahan akibat penduduk. Lahan makin berkurang akibat rumah lebih banyak, butuh pabrik lebih banyak, butuh jalan lebih banyak. Tidak mungkin dengan hanya memperluas sawah lagi,” tutur Wapres. 

“Tidak bisa juga diperluas lagi, karena nanti habis kawasan hutan kita. Apabila habis hutan, habis air kita. Maka ini memang bukan hal sepele. Garam saja, kebutuhan dari 7 ton sudah menjadi 9 ton," ujarnya. 

Persoalan lain, JK menyebut berada pada efektivitas pengelolaan anggaran, guna meningkatkan produksi pangan Indonesia. Ia menyebut, pengembangan produksi komoditas seharusnya tidak membutuhkan anggaran yang besar. 

"Bagaimana memperbaiki kebutuhan dasar. Masalahnya di anggaran. Tapi sebenarnya tidak perlu mahal untuk kebutuhan dasar. Bagaimana meningkatkan garam, beras, gula. Bagaimana membangun rumah yang murah. Semua itu tidak membutuhkan biaya yang besar, kalau fokus pada kebutuhan dasar," ujarnya. 

Pemanfaatan teknologi disebutnya dapat menjadi solusi dalam penanganan hal tersebut. Pada momentum Hateknas 2017 ini, Ia mengimbau agar penggunaan teknologi dapat meningkatkan nilai tambah, khususnya dalam hal kesejahteraan ekonomi. 

"Pada dasarnya teknologi itu orang yang berilmu yang semangat. Tanpa ilmu dan semangat kita akan impor terus-menerus, tanpa itu kita akan bergantung pada negara lain. Artinya kemajuan teknologi juga kemerdekaan ekonom," tuturnya.