Sri Mulyani: China-Taiwan Gaduh Ketidakpastian Global Meningkat

Menkeu Sri Mulyani.
Sumber :
  • M Yudha P/VIVA.co.id

VIVA Bisnis – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, ke Taiwan beberapa waktu lalu, telah meningkatkan ketegangan antara Taiwan dan China.

Dia menyebut, hal itu menciptakan ekskalasi baru antara kedua negara tersebut, yang akan turut berdampak secara politik dan ekonomi bagi negara-negara lainnya.

"Dengan hadirnya Ketua DPR AS di Taiwan, telah terjadi eskalasi yang luar biasa yang bisa menimbulkan dampak pada aspek keamanan, politik maupun ekonomi," kata Sri Mulyani dalam telekonferensi, Senin 8 Agustus 2022.

Baca juga: Ekonomi RI Tumbuh Baik Kuartal II-2022, Erick Thohir Ungkap Peran BUMN

Menkeu menambahkan, konflik-konflik geopolitik seperti itulah yang membuat ketidakpastian global semakin meningkat akhir-akhir ini. "Karena dengan kondisi geopolitik yang luar biasa besar itu, maka seluruh dunia jadi merasa tidak aman," ujarnya.

Sri Mulyani menilai, dengan situasi geopolitik yang penuh kompetisi dan adanya potensi perang, hal itu membuat semua negara saat ini semakin berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan. Sehingga, masing-masing negara saat ini akan berupaya untuk terus memperkuat dan meningkatkan ketahanan perekonomiannya.

"Artinya, proteksionisme kemungkinan akan semakin besar, dan blok akan semakin menguat," kata Sri Mulyani.

Bendera Taiwan-China.

Photo :
  • ANTARA/Reuters/Dado Ruvic.

Jika sudah demikian, maka hal yang dikhawatirkan antara lain yakni bahwa hubungan investasi dan perdagangan sudah tidak lagi murni berdasarkan bisnis semata. Melainkan, hal tersebut juga akan mulai mempertimbangkan aspek geopolitik sebagai landasannya.

Apalagi, lanjut Sri Mulyani, saat ini Indonesia sudah menjadi salah satu negara yang diperhitungkan secara global, karena sudah dipandang sebagai negara yang besar baik dari sisi populasi maupun dari sisi ekonominya. 
Bahkan sebagai anggota G20, Indonesia masuk ke dalam 20 besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Sehingga, saat ini Indonesia harus melek terhadap kondisi global yang terjadi.

"Jadi Indonesia saat ini tidak boleh lagi menjadi negara yang tidak paham terhadap konteks geopolitik yang berubah," ujarnya.