Dikecam Dunia, Jepang 'Ngotot' Kembali Legalkan Perburuan Ikan Paus

Jepang akan memulai lagi perburuan ikan paus secara komersial Juli mendatang. - BBC
Sumber :
  • bbc

Jepang mengatakan akan memulai kembali perburuan secara komersial ikan paus Juli mendatang, rencana yang langsung mendapat kecaman keras masyarakat internasional.

Jepang mundur dari Komisi Ikan Paus Internasional, IWC, lembaga yang bertanggung jawab atas konservasi ikan paus dunia. Jepang tercatat sebagai anggota IWC sejak 1951.

Selama bertahun-tahun Jepang berburu ikan ini dengan alasan "untuk penelitian ilmiah". Tapi Jepang juga menjual daging ikan paus, langkah yang dikecam para pegiat lingkungan.

Pemerintah Australia dan Selandia Baru juga mengkritik keputusan pemerintah di Tokyo.

Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne, menggambarkan langkah Jepang "sangat disayangkan".

Pemerintah Selandia Baru mengatakan praktik perburuan ikan paus "sudah kuno dan tak diperlukan". Kedua negara ini sangat menentang kegiatan tahunan Jepang memburu ikan paus di Laut Antartika.

Larangan perburuan ikan paus diterapkan pada 1986 setelah beberapa spesies ikan ini hampir punah.

Dengan mundur dari keanggotaan IWC, Jepang bisa dengan bebas memburu ikan paus, termasuk ikan paus minke yang dilindungi.

Mengapa Jepang memburu ikan paus?

Pemerintah Jepang mengatakan memakan daging ikan paus adalah bagian dari kebudayaan mereka, kata wartawan BBC Rupert Wingfield-Hayes.

Sebetulnya, nelayan-nelayan Jepang sudah memburu ikan paus selama berabad-abad.

Para pejabat Jepang juga mengatakan bahwa "makan adalah urusan dalam negeri dan tak semestinya didikte oleh negara lain".


Sushi ikan paus yang dijual di Miyagi. - Getty Images

"Orang Jepang tak pernah makan daging kelinci, tapi kami tak pernah mengatakan kepada orang-orang Inggris untuk tidak mengkonsumsi daging binatang tersebut," kata seorang pejabat Jepang kepada BBC.

Selain Jepang, yang juga punya tradisi memburu ikan paus adalah Norwegia, Islandia, dan orang-orang Inuit di Kanada utara.

Bedanya adalah, Jepang mengerahkan kapal-kapal besar dan berlayar hingga ke perairan Antartika untuk mencari ikan paus.

Armada Jepang mencakup kapal yang dilengkapi fasilitas yang bisa memproses ratusan ikan paus langsung di tengah laut.

Jepang pertama kali melakukan perburuan ikan paus di Antartika pada 1930-an dan skalanya menjadi jauh lebih besar setelah Perang Dunia II.

Jepang porak-poranda akibat perang dan penduduknya kelaparan.

Atas usul Jenderal Douglas MacArthur, Jepang mengubah dua kapal indul Angkatan Laut Amerika Serikat menjadi kapal pemroses ikan dan berlayar ke perairan di sekitar Antartika.

Mulai akhir 1940-an hingga pertengahan 1960-an, ikan paus adalah sumber utama daging bagi Jepang.

Pada 1964, Jepang membunuh lebih dari 24.000 ikan paus dalam setahun, sebagian besar dari jenis ikan paus fin dan ikan paus sperma.

Sekarang, Jepang termasuk negara maju dan mampu mengimpor daging dari Australia dan Amerika.

Mereka tak perlu lagi berlayar jauh ke selatan untuk mencari ikan paus.

Dibiayai pemerintah


Jepang dibolehkan memburu ikan paus dalam program kegiatan ilmiah dengan syarat-syarat yang sangat ketat. Mahkamah Internasional sudah memerintahkan agar program ini dihentikan. - AFP

Armada yang aktif memburu ikan paus di perairan Antartika dibiayai dengan anggaran negara dan digambarkan Tokyo sebagai "kegiatan penelitian ilmiah".

Ratusan ikan paus yang mereka buru setiap tahun, menurut klaim Jepang, adalah bagian dari "kajian ilmiah untuk mempelajari kehidupan ikan ini".

Klaim ini sendiri sudah dipatahkan oleh Mahkamah Internasional (ICJ) yang pada 2014 mengeluarkan keputusan bahwa kegiatan Jepang tersebut tak bisa digolongkan sebagai program penelitian.

ICJ memerintahkan Jepang untuk menghentikan perburuan ikan paus di perairan Antartika.

Junko Sakuma, peneliti ikan paus yang pernah bekerja untuk organisasi lingkungan Greenpeace, mengatakan perburuan ini tak memberikan kemanfaatan bagi Jepang.

"Tapi tak ada yang tahu bagaimana caranya untuk menghentikan kegiatan tersebut," ujar Sakuma, saat ditemui BBC di pasar ikan yang sibuk, Tsukiji, Tokyo.

Dari ribuan pedagang ikan di pasar ini, hanya dua yang melayani permintaan daging ikan paus.

Di salah satu kios, BBC menemukan daging ikan paus fin, jenis ikan paus yang terancam dan secara komersial tak boleh diperjual-belikan oleh CITES, perjanjian multilateral untuk melindungi flora dan fauna yang terancam punah.

Pemilik kios mengatakan bisnis ikan paus tak terlalu menggembirakan.

Sakuma mengatakan sebagian besar warga Jepang tidak memakan daging ikan paus. "Tingkat konsumsi terus turun," katanya.

Penelitian yang ia lakukan menunjukkan rata-rata satu warga Jepang hanya mengkonsumsi 30 gram daging ikan paus pada 2015.

Pertanyaannya, jika makan ikan paus dikatakan bagian tak terpisahkan dari tradisi Jepang, mengapa tak banyak yang makan ikan ini?

Etsuo Kato, yang besar di Kita-Kyushu di dekat pelabuhan ikan paus Shimonoseki, di Jepang barat, mengatakan ketika kecil ia makan daging ikan paus setiap hari.

"Kalau kita bicara daging, maka yang dimaksud adalah daging ikan paus. Saya tak tahu ada daging sapi, daging babi... steak yang saya tahu adalah steak ikan paus...," katanya.

Tergantung birokrat dan anggota DPR


Pelabuhan Wada diberi izin untuk mengolah ikan paus. - Getty Images

Saat ditanya apakah dirinya sedih jika perburuan ikan paus dihentikan, ia menggelengkan kepala.

"Kita tak memerlukan perburuan ikan paus. Begitu kita bisa membeli daging sapi, daging ikan paus tak lagi dibutuhkan," kata Kato.

Perbincangan ini berlangsung di satu restoran yang sibuk di kawasan Lampu Merah di Tokyo. Rata-rata pelanggan di sini adalah karyawan paruh baya.

Bagi mereka, makan daging ikan paus adalah nostagia, untuk mengenang masa-masa 50 tahun lalu ketika daging ikan ini banyak disajikan di sekolah.

Jika tak banyak yang memakan daging ikan paus dan kalau pun dimakan hanya untuk nostalgia, mengapa pemerintah Jepang masih saja memburu ikan ini?

Seorang pejabat tinggi Jepang mengatakan dengan jujur, "Saya sangat setuju dengan pandangan Anda. Jepang tak perlu berlayar jauh ke Antartika untuk mencari ikan paus..."

Tapi, mengatakan kegiatan itu tak dihentikan saja?


Sudah sejak lama kegiatan memburu ikan paus diprotes banyak kalangan. - AFP

"Karena ada pertimbangan politik," katanya. Sayangnya, ia tak bersedia memberikan penjelasan lebih rinci.

Jawabannya ada di penjelasan Junko Sakuma, peneliti ikan paus yang pernah bekerja untuk Greenpeace.

Ia mengatakan semuanya terkait dengan birokrasi, dana penelitian, rencana tahunan, anggaran, promosi pegawai, dan pensiun.

"Ada semacam rasa malu yang besar di kalangan pemerintah jika mereka melakukan pemangkasan birokrasi dan anggaran," kata Sakuma.

Itu artinya, birokrat akan berjuang mati-matian agar bagian yang mengurusi perburuan ikan paus tidak ditutup, apa pun ongkosnya.

Dan prinsip ini juga berlaku bagi politisi. Janji untuk mempertahankan perburuan ikan paus bisa mendorong mereka untuk tetap menjadi anggota parlemen, jika isu ikan paus dianggap penting oleh konstituen.

Jadi, sebenarnya program perburuan ikan paus bisa dihentikan sama sekali, jika memang birokrat dan anggota DPR mau melakukannya.