Belasan Politikus Oposisi Venezuela Dituduh Makar Cari Perlindungan

Seorang perempuan berbicara di hadapan para anggota kepolisian yang berjaga di dekat gedung parlemen Venezuela.-AFP/Getty Images
Sumber :
  • bbc

Mahkamah Agung Venezuela menuduh sebanyak empat anggota parlemen dari kubu oposisi bertindak makar dan terlibat konspirasi beberapa hari setelah tuduhan serupa dialamatkan kepada 10 anggota parlemen lainnya.

Keempat anggota parlemen itu mencakup Carlos Paparoni, Miguel Pizarro, Franco Casella, dan Winston Flores.

Mereka semua mendukung tokoh oposisi, Juan Guaido yang gagal memicu pemberontakan militer terhadap Presiden Nicolas Maduro pada April lalu.

Pizarro dan Flores menyebut tuduhan kepada mereka tidak sah.

Tuduhan kepada mereka dilayangkan ketika para anggota parlemen dijadwalkan mendiskusikan keputusan Mahkamah Agung yang melucuti kekebalan hukum beberapa rekan mereka sekaligus penangkapan Edgar Zambrano yakni Wakil Ketua Parlemen.

Sejumlah personel badan intelijen Sebin, kepolisian dan militer muncul di gedung parlemen guna mencegah para anggota parlemen menghadiri sesi tersebut.

Kepada para anggota parlemen, aparat keamanan mengklaim tengah menyelidiki ancaman bahan peledak di dalam gedung.

"Ini semua adalah bagian pertunjukan untuk mencegah Majelis Nasional berfungsi," kata Juan Pablo Guanipa selaku salah satu anggota parlemen kepada kantor berita Reuters .

"Ini adalah kediktatoran yang mengincar pembangkang dan kami berjuang untuk perubahan politik," tambahnya.

Guaido, yang sempat mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela, merilis cuitan di Twitter.

"Mereka berusaha menyandera kewenangan legislatif selagi sang diktator mengurung diri di istana yang bukan tempatnya."

Majelis Nasional dilucuti kewenangannya sejak Partai Sosialis pimpinan Maduro kehilangan kendali di badan legislatif tersebut pada 2016. Maduro kemudian membentuk Majelis Konstituen Nasional yang dikontrol oleh orang-orang yang setia kepadanya.

Berlindung di kedutaan asing

Presiden Maduro menggencarkan penangkapan politikus dari kubu oposisi sejak Juan Guaido gagal memicu pemberontakan militer pada 30 April.

Puncaknya terjadi ketika Edgar Zambrano, wakil ketua parlemen, ditangkap dan kekebalan hukumnya dilucuti.

Sehari kemudian, sebanyak tiga anggota parlemen memilih berlindung di kedutaan asing.

Richard Blanco dari Partai Aliansi Rakyat Berani memasuki Kedutaan Argentina pada Kamis (9/5), menurut sumber Kementerian Luar Negeri Argentina dan seorang saksi kepada Reuters.

Kemudian, Americo De Grazia dari Partai Tujuan Radikal mencari perlindungan ke Kedutaan Italia, menurut tiga sumber yang dekat dengannya kepada Reuters .

Adapun seorang anggota parlemen lainnya, Marianella Magallanes, berlindung di Kedutaan Italia pada Rabu (8/5).

Blanco, Zambrano, dan De Grazia adalah bagian dari 10 anggota parlemen yang kekebalan hukumnya dilucuti oleh Mahkamah Agung sekaligus diselidiki atas tuduhan konspirasi, makar, dan pemberontakan.

Sementara itu, kelompok Amnesty International meyakini pemerintah Venezuela melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam aksi penangkapan para pendemo anti-pemerintah pada Januari lalu.

Kelompok itu mendesak Mahkamah Kriminal Internasional dan Dewan HAM PBB menyelidiki tuduhan-tuduhan itu.

"Ada kebijakan represif yang sistematis terhadap oposisi atau mereka yang dianggap oposisi hanya karena mereka memprotes. Untuk itu, pemerintahan Nicolas Maduro harus diminta pertanggungjawaban di hadap sistem keadilan internasional," cetus Erika Guevara-Rosas, direktur wilayah Amerika dari Amnesty International.