Australia Tingkatkan Kontra-Terorisme dengan RI Usai Taliban Kembali

Kunjungan Menlu Australia Marise Payne ke Indonesia adalah untuk mendiskusikan hubungan keamanan dan ekonomi. (Supplied: Department of Defence)
Sumber :
  • abc

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan memburuknya situasi di Afghanistan akan berdampak besar bagi dunia, sementara sebuah laporan menyebutkan kemungkinan teroris di Indonesia akan terinspirasi oleh kemenangan Taliban.

Menlu Payne memandang kerja sama lebih erat dengan Indonesia akan semakin penting guna mencegah munculnya terorisme regional bila Taliban mengizinkan Afghanistan jadi tempat pelatihan kelompok ekstrim.

Ia menyampaikan pernyataan tersebut dalam kunjungan ke Jakarta bersama Menteri Pertahanan Peter Dutton  dalam usaha memperkuat hubungan keamanan dan ekonomi.

Kedua menteri Australia bertemu Menlu Retno Marsudi dan Menhan Prabowo Subianto sebagai bagian dari pertemuan 2+2 (Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan dari kedua negara).

Ini adalah kunjungan pertama dari Menteri Australia ke Indonesia sejak pandemi COVID terjadi di awal tahun 2020.

Senator Payne mengatakan Australia sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi sebelumnya di Afghanistan ketika Taliban berkuasa.

Memburuknya situasi kemanusiaan dan keamanan di sana, katanya, akan memberikan dampak besar bagi keamanan regional dan internasional termasuk terorisme.

Dia mencontohkan peristiwa Bom Bali tahun 2002, dan menyerukan kerjasama lebih erat dengan Indonesia guna mencegah kembalinya kekerasan ekstrim di kawasan.

"Kerjasama kontra terorisme antara Australia dan Indonesia, yang dilakukan setelah beberapa peristiwa penting dalam sejarah kehidupan kedua negara, sekarang jadi lebih penting lagi," kata Senator Payne dalam acara yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia hari Kamis malam di Jakarta.

"Kita tidak bisa membiarkan Afghanistan menjadi tempat untuk penyemaian atau tempat pelatihan bagi terorisme lagi," tambahnya.

"(Tidak bisa dibiarkan oleh kita) sebagai masyarakat internasional, sebagai negara, maupun sebagai kawasan, dimana kita sudah melihat aktivitas terorisme di masa lalu, di Indonesia, di Malaysia, di Filipina."

Senator Payne menambahkan sekarang ini sudah ada krisis kemanusiaan serius di Afghanistan, yang dampaknya tidak saja pada terorisme, namun juga penyeludupan manusia, narkoba, dan HAM khususnya berkenaan dengan kaum perempuan.

Baik Menlu Retno Marsudi dan Menlu Payne sudah menyerukan kepada Taliban untuk menghormati hak-hak perempuan.

"Indonesia memiliki peran penting sebagai negara Muslim untuk menyampaikan pendapat yang kuat dalam masalah-masalah ini," katanya dalam jumpa pers bersama Menlu Marsudi, Menhan Peter Dutton dan Menhan Prabowo.

'Sumber kekhawatiran'

Dalam pertemuan kali ini, Australia dan Indonesia menandatangani atau memperbarui beberapa kesepakatan bilateral, termasuk dalam hal kontra terorisme dan kekerasan esktrim dan satu lagi mengenai keamanan siber.

Kunjungan menteri Australia ke Jakarta bersamaan dengan terbitnya sebuah laporan baru yang memperingatkan bahwa kemenangan Taliban di Afghanistan akan bisa memberikan inspirasi bagi sel teror lokal di Indonesia untuk melakukan serangan baru.

Laporan dari Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC)  mengatakan ancaman 'segera' di Indonesia besar kemungkinan berasal dari kelompok pro-ISIS, dan bukannya dari kelompok Jemaah Islamiyah (JI) - organisasi yang memiliki hubungan dengan Al-Qaeda dan melakukan serangan bom di Bali.

"Dilemahkan dengan 200 penangkapan selama dua tahun terakhir, JI tidak menunjukkan minat besar untuk melakukan serangan, namun tetap melanjutkan usaha memberi pelatihan militer terhadap para kader mereka," tulis IPAC.

"Kamp pelatihan baru al-Qaeda bagi pejuang asing akan menjadi sumber kekhawatiran. Kelompok sempalan baru yang marah karena berbagai penangkapan dan terinspirasi oleh keberhasilan Taliban bisa muncul, meski polisi sangat waspada."

"Resiko lebih tinggi akan berasal dari banyaknya sel pro-ISIS yang bisa terinspirasi oleh serangan terhadap bandara Kabul oleh ISIS-K."

Namun Direktur IPAC Sana Jaffrey mengatakan bahwa yang tidak bisa dikesampingkan adalah kemungkinan munculnya JI sebagai ancaman teror.

"Semua petunjuk yang ada dalam waktu dekat menunjukkan JI tidaklah menjadi ancaman besar. Namun organisasi ini sudah menunjukkan mereka mampu bertahan, dan apakah mereka terinspirasi oleh Taliban atau ingin menciptakan sejarah sendiri, kita akan melihat kemungkinan adanya regenerasi."

Bulan lalu, polisi Indonesia menahan lebih dari 50 orang yang memiliki hubungan dengan Jemaah Islamiyah  dan kelompok ekstrim lainnya yang sudah dinyatakan terlarang. 

JI dinyatakan terlarang tahun 2008 dan sudah berhasil dilemahkan karena berbagai tindakan operasi selama bertahun-tahun yang dilakukan oleh polisi kontra teror Indonesia yang mendapat bantuan dari negara lain termasuk Australia.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News