Pebisnis dan Turis Indonesia Sambut Dibukanya Kembali Australia

Pembukaan perbatasan internasional Australia menjadi kabar baik bagi wisatawan dan pebisnis pariwisata Indonesia di Australia. (Instagram: @dreamtours.com.au)
Sumber :
  • abc

Setelah lebih dari 700 hari menutup diri bagi wisatawan internasional, Australia kembali membuka gerbangnya bagi pemegang visa turis pada 21 Februari 2022.

Fazlami, seorang ibu asal Jakarta Timur, yang kini sedang mengurus aplikasi visa turisnya, juga sudah menanti-nantikan momentum ini.

Selama pandemi, Fazlami hanya bisa berkomunikasi dengan dua anak dan empat cucunya yang ada di Melbourne secara daring.

"Saya sudah kangen banget, biasanya satu tahun bisa berkunjung dua kali, tapi enggak bisa karena COVID," ujar Fazlami ketika dihubungi ABC Indonesia.

"Saya selalu tanya pada anak saya kapan saya bisa ke sana. Tapi sekarang senang dan bersyukur sekali perbatasan sudah buka."

Selain merindukan udara segar dan suasana di Melbourne, Fazlami juga tidak sabar ingin memasak hidangan Indonesia untuk anak dan cucunya.

"Mudah-mudahan cepat dapat visanya," kata Fazlami.

Pada 15 Desember lalu, Australia telah membuka perbatasan internasional bagi pemegang visa pelajar, WHV, serta beberapa jenis visa lainnya.

Sebanyak 265.450 pelaku perjalanan internasional tiba sejak saat itu, dan menjadi rekor jumlah kedatangan terbanyak sejak Australia menutup perbatasan internasional pada Maret 2020.

Berita baik bagi pegiat pariwisata Indonesia di Australia 

Kedatangan turis internasional ke Australia adalah berita yang sudah lama dinantikan Doddy Purwoko, pemilik bisnis 'tour and travel' Dream Tours di Melbourne sejak tahun 2013.

Data Tourism Research Australia (TRA) menujukkan bahwa jumlah turis asal Indonesia menurun 99 persen dibandingkan sebelum pandemi.

Sejak ditutupnya perbatasan pada awal 2020, Doddy tidak mendapatkan sepeser pun uang dari bisnisnya, hingga harus mencari sumber penghasilan alternatif lewat jastip atau jasa titipan.

Namun menurut Doddy, Pemerintah Australia membuka perbatasan "di waktu yang tepat".

"Klien kami ada yang sudah mulai apply visa dan mungkin [datang] setelah April karena menunggu supaya bebas karantina," katanya.

"Mereka mau apply visa dulu dan cari tiket yang kira-kira masih oke harganya. Harapannya secepatnya."

Selain klien pribadi, Doddy juga telah menerima banyak pertanyaan dari agen di Indonesia yang bekerja sama dengannya sejak bulan Januari tahun ini.

Mempersiapkan kelengkapan protokol kesehatan

Kini, bisnisnya tengah mempersiapkan dokumen protokol kesehatan sebelum menerima kembali para turis yang umumnya dibawa untuk berkeliling Australia atau Selandia Baru.

"Kita harus ada [catatan] cleaning regime untuk kendaraan kita, harus sanitise sebelum klien masuk, bus kita di spray semua dan ada daftar apa yang perlu dibersihkan," kata Doddy.

"Kalau misalnya ada yang ngecek gitu ya, Covid marshall ... ya tinggal tunjukkan saja, kita aman."

Ia berharap agar pandemi cepat berlalu dan terbebas dari aturan protokol kesehatan yang membebani.

Seruan dukungan lebih bagi bisnis pariwisata

Sektor pariwisata Australia memperkirakan kerugian sebesar lebih dari A$4 miliar (sekitar Rp40 triliun) per bulan karena sedikitnya jumlah turis asing.

Total kerugian yang dialami sektor pariwisata telah mencapai A$51 miliar, atau lebih dari Rp500 triliun.

Minggu lalu, Tourism Australia mengeluarkan kampanye dengan dana A$40 juta di Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, dan Kanada untuk menarik turis dari sana.

Walau demikian, pelaku bisnis pariwisata di Australia, termasuk Doddy, yang sempat mengakses 'Consumer Travel Support Package' dan skema Jobkeeper, masih membutuhkan dukungan lebih dari pemerintah.

"[Bantuan pemerintah] lumayan untuk membantu biaya sehari-hari," katanya.

"[Namun] tidak cukup untuk menutup biaya sehari-hari ditambah kerugian akibat kehilangan pendapatan yang jumlahnya sangat besar karena tidak ada booking-an sama sekali."

Menteri Pariwisata Australia Dan Tehan mengatakan "akan terus memonitor kebutuhan" dari pelaku bisnis pariwisata dalam hal pemberian bantuan tambahan.

"Kami akan terus memonitor, tapi sekarang yang kami ingin lakukan adalah memastikan kepercayaan diri orang untuk bepergian sudah pulih," katanya dalam program radio RN Breakfast, Senin (21/02).

"Karena prioritas [dan permintaan] utama sejak awal [dari pegiat pariwisata] adalah untuk membawa turis asing kembali."

Kepala Penerbangan Bandara Melbourne Lorie Agus berpandangan bahwa pemulihan pariwisata Australia akan membutuhkan waktu.

"Reputasi kita rusak karena aturan perbatasan yang ketat dan lockdown yang berkepanjangan," kata Lorie dalam program radio RN Drive hari Selasa (22/02).

"Tapi sekalinya penerbangan berjalan dengan lancar sehingga orang percaya diri untuk booking liburan, ada harapan karena permintaan selalu ada."

Pemulihan bisnis pariwisata namun sudah tercermin di bandara sejak kedatangan wisatawan asing awal minggu ini.

"Setidaknya 40 persen dari toko di bandara sudah buka. Namun nanti ketika jumlah kedatangan bertambah, toko lain juga akan cepat buka dan pulih," tuturnya.