Sailendra sampai Alexander Dicatut Raja-raja Fantasi, Siapa Mereka?

Keraton Agung Sejagat
Sumber :
  • vivanews/Dwi Royanto

VIVA – Kehebohan kabar deklarasi pendirian kerajaan baru bernama Keraton Agung Sejagat oleh sejoli Toto Santoso dan Fanni Aminadia di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, memantik kemunculan kerajaan-kerajaan serupa. Meski kerajaan-kerajaan lainnya sudah ada beberapa tahun lebih awal, Keraton Agung Sejagat-lah yang mula-mula membikin gempar.

Segera setelah berita penobatan Toto dan Fanni sebagai raja dan ratu meramaikan halaman utama hampir semua media nasional pada pertengahan Januari 2020, muncul nama Keraton Jipang atau Djipang di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Beberapa hari setelahnya, selagi Toto dan Fanni diperiksa oleh polisi, heboh unggahan lama di Facebook tentang keberadaan komunitas yang mengatasnamakan Sunda Empire-Earth Empire yang berbasis di Kota Bandung, Jawa Barat. Kemudian muncul satu lagi di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebuah perkumpulan masyarakat yang mengatasnamakan Kesultanan Selacau atau Selaco.

Kemaharajaan Kuno

Keempat kerajaan, selain berbeda nama dan pemimpin masing-masing, juga berbeda doktrin atau konsep utama yang mendasarinya. Keraton Agung Sejagat mengklaim sebagai penerus kemaharajaan Majapahit atau Mataram Kuno, Keraton Jipang mendaku melanjutkan Kerajaan Demak, Sunda Empire memproklamasikan berleluhur kekaisaran Romawi, dan Kesultanan Selacau menyinambungkan Kerajaan Pajajaran.

Tetapi, satu hal yang khas dari masing-masing kerajaan itu, mereka sama-sama mencatut nama-nama besar pemimpin agung tiap kemaharajaan kuno yang mereka klaim untuk melegitimasi kerajaan-kerajaan baru. Toto Santoso sang raja Keraton Agung Sejagat, misalnya, mengaku keturunan wangsa Sailendra. Barik Barliyan Surowiyoto, pemimpin Keraton Jipang yang bergelar Pangeran Raja Adipati, mengaku bagian dari trah Arya Jipang atau Arya Penangsang sang raja Jipang.

Sang pemimpin Sunda Empire, Eka Nasri alias Nasri Banks yang mendaku sebagai kaisar sekaligus perdana menteri agung, sesungguhnya tak mengklaim keturunan raja mana pun tetapi menyebut kekaisarannya sudah dicanangkan sejak era Aleksander Agung atau Alexander the Great dari Makedonia. Sedangkan Kesultanan Selacau dengan pemimpinnya, Rohidin, mengklaim bergelar Patra Kusumah VIII dan keturunan kesembilan Surawisesa, raja kedua Kerajaan Pajajaran.

Siapa saja nama-nama beken itu?

Sailendra

Toto Santoso sebenarnya tak menjelaskan dengan terang klaim silsilahnya sehingga berasal-usul sampai Sailendra. Dikutip dari video pidatonya ketika penobatannya sebagai raja, dia hanya menyatakan, “… kami sebagai penerus dan pelanjut dinasti Mataram Sanjaya, dinasti Sailendra, dinasti Majapahit—kami menunaikan janji lima ratus tahun itu—dengan maksud untuk mendamaikan bumi.”

Para ahli sejarah masih memperdebatkan asal-usul Sailendra. Sebab, tak banyak catatan yang tentang riwayatnya; sebagian besar penelusuran hanya berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan di sejumlah tempat, tidak hanya di Indonesia seperti di Sumatera dan Jawa, tetapi juga di Thailand dan India.

Berdasarkan prasasti-prasasti itu, juga sedikit naskah kuno, berkembang sedikitnya empat teori tentang muasal Sailendra: ada yang menyatakan bahwa keluarga Sailendra berasal dari Sumatera, sebagian yang lain menyebut dari Jawa tapi dipengaruhi Sumatera, teori lain meyakini dari India, dan yang lain lagi menganggap dari Funan, Kamboja.

Tetapi, jumlah prasasti yang ditemukan memang kebanyakan di Jawa dan Sumatera—meski tak serta-merta dapat disimpulkan bahwa Sailendra berasal dari Sumatera atau Jawa. Berdasarkan Teori Nusantara (teori bahwa Sailendra berasal dari Sumatera atau Jawa), wangsa Sailendra berkuasa di Sriwijaya, pulau Sumatera, dan Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno alias Mataram Hindu yang berbasis di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur abad ke-10.

Wangsa Sailendra juga meninggalkan banyak peninggalan berupa candi, tidak hanya di Jawa tetapi juga di Sumatera. Namun, di antara banyak candi itu, di Sumatera maupun Jawa, yang terkenal adalah Borobudur. Sejarawan Slamet Muljana, dikutip dari buku karyanya, Sriwijaya, menulis, “Candi Borobudur adalah candi pemujaan nenek moyang Rajakula Sailendra.”

Arya Penangsang

Keraton Jipang segera dikonfirmasi bukanlah kerajaan jadi-jadian alias rekaan setelah seorang petingginya, atau yang mendaku rajanya, Pangeran Raja Adipati (PRA) Barik Barliyan Surowiyoto, mengklarifikasi secara terbuka kepada pers. Surowiyoto menyatakan, kerajaan yang dia pimpin hanyalah untuk melestarikan sejarah dan budaya serta menggairahkan sektor pariwisata melalui kegiatan-kegiatan budaya, bukan kerajaan dengan pemerintahan sendiri yang terpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Polisi maupun pemerintah pun tak mempersoalkan keberadaan Keraton Jipang. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, misalnya, menyatakan bahwa Keraton Jipang tidak sama dengan Keraton Agung Sejagat; Keraton Jipang orientasinya hanyalah pariwisata dan tidak membuat resah masyarakat. Lagi pula, Keraton Jipang terdaftar sebagai yayasan.

Tetapi, Barik Barliyan Surowiyoto, yang bergelar Gusti Pangeran Raja Adipati Arya Jipang II, mengaku sebagai keturunan Arya Penangsang. Selain ingin agar para keturunan Penangsang berkumpul lagi, Surowiyoto mengemban misi meluruskan sejarah bahwa Arya Penangsang bukanlah pemberontak.

Menurut Serat Babad Tanah Jawi versi J.J. Meinsma (1874), Arya Penangsang ialah cucu Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak pada tahun 1478, dari ayahnya yang bernama Raden Kikin. Ayah Penangsang mestinya menjadi sultan Demak setelah Pati Unus (sultan kedua Demak; anak Raden Patah dari istri kedua) tewas ketika menyerbu Portugis di Malaka. Tetapi suksesi itu urung karena Raden Kikin dibunuh putra Raden Trenggana (adik kandung Pati Unus), Pangeran Mukmin (kelak mengubah namanya menjadi Sunan Prawoto).

Penangsang mewarisi jabatan bapaknya menjadi Adipati Jipang, bagian dari wilayah kekuasaan Kesultanan Demak yang berpusat di Kecamatan Cepu, Blora, Jawa Tengah. Kelak Penangsang membunuh Sunan Prawoto untuk membalas dendam atas kematian ayahnya.

Dia lalu menjadi sultan kelima Demak atau penguasa terakhir Kerajaan Demak dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Jipang. Maka pada masa itu dikenal dengan sebutan Demak Jipang. Namun pada 1554, Penangsang tewas dibunuh oleh pasukan pemberontak kiriman Hadiwijaya, penguasa Pajang.

Aleksander Agung

Sunda Empire memiliki nama padanan, yakni Kekaisaran Matahari dan Bumi, yang berarti kemaharajaannya tak hanya meliputi penduduk Bumi, melainkan juga menjangkau Matahari. Sebagaimana dikatakan oleh seorang petinggi Sunda Empire, Rangga Sasana, kekaisarannya beranggotakan 54 negara.

Dalam sebuah wawancara dengan tvOne pada 18 Januari 2020, Rangga menyatakan, "... Sunda Empire lahir, dari dinasti ke dinasti, sejak zaman 324 SM, diawali oleh Alexander the Great. Kemudian diteruskan oleh Cleopatra VII, yang pada akhirnya, dari Tarumanegara menurunkan akhirnya pada posisi Pajajaran—[Prabu] Siliwangi itulah yang meneruskan berkaitan dinasti hingga kini. Kekaisaran Matahari dan Bumi dirintis oleh Alexander the Great."

Aleksander Agung bukanlah nama fiktif; reputasinya begitu raksasa sehingga sejarah menyandangkan kata “agung” pada namanya. Dia memang hidup di abad ketiga Sebelum Masehi, artinya lebih dari 2300 tahun lampau.

Aleksander memerintah Kekaisaran Makedonia, sebuah negara di daerah timur laut Yunani—karena itulah dia disebut juga Aleksander dari Makedonia. Dia sebenarnya mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Filipus II, setelah sang ayah dibunuh oleh pembunuh gelap.

Tetapi, Aleksander tenar karena dia memimpin kekaisaran besar sejarah kuno itu, dengan wilayah kekuasaan dari Laut Ionia sampai pegunungan Himalaya, pada usia tiga puluh tahun. Dia tidak pernah terkalahkan dalam pertempuran dan dianggap sebagai komandan perang terhebat sepanjang masa. Aleksander juga dikenal sebagai murid seorang filsuf terkenal, Aristoteles.

Kesuksesan Aleksander, seperti ditulis Larry Gonnick dalam Kartun Riwayat Peradaban—Jilid II, tak bisa dilepaskan dari peran Hefaistion (atau Hephaistion), teman laki-laki sang raja yang diangkat menjadi jenderal, lalu pemegang komando kedua, dan akhirnya wazir agung alias perdana menteri. Menurut Gonnick, Aleksander sebenarnya memiliki istri perempuan Persia, Roshanak, tetapi ternyata cinta sejatinya adalah Hefaistion.

Surawisesa

Rohidin, pendiri sekaligus pemimpin Kesultanan Selacau dengan nama barunya Patra Kusumah VIII, mengaku keturunan kesembilan raja kedua Pajajaran, Surawisesa (penerus Prabu Siliwangi).

Klaim Rohidin berdasarkan penuturan kakek-buyut para leluhurnya bahwa Selacau adalah bagian kecil dari kerajaan Pajajaran. Dia berterus terang, memang tak banyak orang yang mengenali Selacau, karena hanyalah bagian kecil dari kerajaan besar Pajajaran. Tetapi, dia amat meyakini sebagai pewaris sah kesultanan yang dahulu kala menjadi bagian dari kerajaan besar Pajajaran itu.

Surawisesa memerintah Pajajaran selama 14 tahun dan dia memimpin 15 kali pertempuran sejak 1521 sampai 1535. Berdasarkan naskah Carita Parahiyangan, Surawisesa dijuluki juga "perwira", "perkasa", dan "pemberani". Sebutan-sebutan itu berhubungan dengan peristiwa bersejarah yang melibatkan Surawisesa, di antaranya bahwa di masa Surawisesa-lah Kerajaan Sunda dan Portugis menyepakati perjanjian perdagangan dan keamanan dan perang antara Pajajaran dengan Kesultanan Cirebon yang didukung Kesultanan Demak.

Dua tahun setelah ia membuat prasasti sebagai sasakala untuk ayahnya, ia wafat dan dipusarakan di Padaren. Di antara raja-raja zaman Pajajaran, hanya dia dan ayahnya yang menjadi bahan kisah tradisional, baik babad maupun pantun. Babad Pajajaran atau Babad Pakuan, misal, semata mengisahkan "petualangan" Surawisesa (Guru Gantangan) dengan sebuah cerita Panji. (ren)