Perubahan Pasca Covid Versi Gita Wirjawan, Termasuk Hubungan AS-China

Gita Wirjawan dalam acara VIVAnetwork
Sumber :
  • VIVA/Edwan Ruriansyah

VIVA – Mantan Menteri Perdagangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gita Wirjawan, memprediksi berbagai perubahan yang akan terjadi pasca pandemi Covid-19 mendatang. Setidaknya, ada tujuh perubahan dunia, yang menurutnya akan terjadi.

Pertama, kata Gita, akan terjadi pelambatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena adanya penurunan aggregate demand.

"Kedua, telah terjadinya dan akan terus terjadinya penurunan produktivitas di seluruh dunia," kata Gita, dalam webinar yang diselenggarakan VIVA Network bertajuk 'New Normal, Bisakah Bangkitkan Ekonomi RI?' pada Selasa 9 Juni 2020.

Penurunan produktivitas ini, jelas Gita, lantaran terjadinya disrupsi rantai pasok terutama yang terjadi di China dan seluruh dunia. Di mana karena pandemi Covid-19 saat ini, semua sektor menjadi lumpuh dan mengganggu rantai pasokan produksi tersebut.

Perubahan ketiga, menurut Gita, akan terjadi peningkatan utang. Baik itu utang negara-negara, korporasi, bahkan termasuk utang individu. Sebab, setelah pandemi ini, maka setiap negara membutuhkan banyak anggaran. Sementara mereka kekurangan, dan harus mencari hutang.

"Untuk bisa melakukan pemulihan, itu diperlukan utang yang lebih banyak daripada sebelumnya," kata Gita.

Mantan Ketum PBSI itu melihat, beberapa negara bisa menjadi contoh. Seperti Jepang, China atau bahkan negara-negara di Asia Tenggara. Sebab, untuk memberi stimulus dalam pemulihan ekonominya, negara-negara tersebut mengeluarkan hingga 20 persen dari PDB negara.

Perubahan keempat, menurut Gita, akan terjadi model bisnis yang lebih virtual dan digitalisasi. Maka ke depannya, bisnis akan mulai meninggalkan cara-cara yang fisik seperti yang terjadi selama ini.

Selanjutnya, perubahan kelima menurut Gita adalah peningkatan divergensi antara pasar uang/modal dan perekonomian riil. 

"Keenam, akan dan terus terjadinya peningkatan proteksionisme atau aspirasi masing-masing negara," katanya. Sebab, setiap negara akan ingin menjadi bagian dari deglobalisasi rantai pasok.

Selain itu, menurut Gita, kondisi saat ini juga akan berpengaruh pada hubungan antara Amerika Serikat dengan China. "Ketujuh, peningkatan polarisasi antara Tiongkok dan Amerika Serikat," katanya. 

Sebelum Covid-19, hubungan kedua negara sangat memanas. Hingga terjadi perang dagang yang berpengaruh pada kondisi global.