Cerita Sedih Suami Istri Korban Runtuhnya Tebing Karang
Jumat, 19 Juni 2015 - 00:08 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
VIVA.co.id - Runtuhnya tebing di Pantai Sadranan, Kecamatan Tepus, Kabupaten Bantul, DIY meninggalkan duka bagi Dwi Ripto (25 tahun) warga Salam, Kabupaten Magelang. Pasalnya, sepupunya, Deni Rinci Setiawan, dan istrinya, Tanti Asmawati, turut menjadi korban yang tewas akibat peristiwa tersebut.
Dwi menceritakan saat kejadian tebing runtuh, ia baru saja beranjak sekitar 30 meter dari tebing tersebut.
"Saya baru saja akan mandi, setelah sebeum juga berteduh di tebing yang runtuh itu," ucapnya di RSUD Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Kamis 18 Juni 2015.
Almarhum Deni yang justru "menyelamatkan" dirinya, karena beberapa saat sebelum runtuh Deni menyuruh untuk mandi.
"Deni bilang biar dia dan Tanti yang menunggu barang-barang yang ada di tas, karena ada handphone dan barang penting lainnya," ucapnya sedih.
Dwi mengaku datang ke Pantai Sadranan bertujuh, dengan menggunakan satu mobil dari Magelang. Saat akan berangkat, anak dari Deni dan Tanti yang masih berusia 6 bulan sempat akan diajak, namun tak diizinkan oleh orangtua Deni.
"Akhirnya keponakan saya ditinggal di rumah orangtua Deni, hingga ditinggal selamanya oleh kedua orangtuanya," kata Dwi sedih.
Dwi mengaku tak sanggup memberikan kabar duka ini kepada orangtua Deni dan Tanti.
Tanti Asmawati yang dievakuasi sekitar pukul 04.25 WIB pagi tadi dalam kondisi cukup mengenaskan. Jasadnya sulit dilakukan identifikasi.
Namun, usaha keras DVI Polda DIY, akhirnya dapat mengidentifikasi identitas korban dari sidik jari, dengan membuka data base E-KTP di Mabes Polri.
"Saya bersyukur jenasah sudah diidentifikasi, namun juga sangat kehilangan adik saya yang belum lama menikah dan dikaruniai anak usia 6 bulan," ucapnya.
Baca Juga :
Dwi menceritakan saat kejadian tebing runtuh, ia baru saja beranjak sekitar 30 meter dari tebing tersebut.
"Saya baru saja akan mandi, setelah sebeum juga berteduh di tebing yang runtuh itu," ucapnya di RSUD Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, Kamis 18 Juni 2015.
Almarhum Deni yang justru "menyelamatkan" dirinya, karena beberapa saat sebelum runtuh Deni menyuruh untuk mandi.
"Deni bilang biar dia dan Tanti yang menunggu barang-barang yang ada di tas, karena ada handphone dan barang penting lainnya," ucapnya sedih.
Dwi mengaku datang ke Pantai Sadranan bertujuh, dengan menggunakan satu mobil dari Magelang. Saat akan berangkat, anak dari Deni dan Tanti yang masih berusia 6 bulan sempat akan diajak, namun tak diizinkan oleh orangtua Deni.
"Akhirnya keponakan saya ditinggal di rumah orangtua Deni, hingga ditinggal selamanya oleh kedua orangtuanya," kata Dwi sedih.
Dwi mengaku tak sanggup memberikan kabar duka ini kepada orangtua Deni dan Tanti.
Tanti Asmawati yang dievakuasi sekitar pukul 04.25 WIB pagi tadi dalam kondisi cukup mengenaskan. Jasadnya sulit dilakukan identifikasi.
Namun, usaha keras DVI Polda DIY, akhirnya dapat mengidentifikasi identitas korban dari sidik jari, dengan membuka data base E-KTP di Mabes Polri.
"Saya bersyukur jenasah sudah diidentifikasi, namun juga sangat kehilangan adik saya yang belum lama menikah dan dikaruniai anak usia 6 bulan," ucapnya.