PDIP: Skandal Hoax Ratna Diplot untuk Diskreditkan Petahana

Massa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bandung Raya melakukan aksi unjuk rasa terkait kasus Ratna Sarumpaet di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Novrian Arbi

VIVA – Elite PDI Perjuangan merespons pernyataan Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani soal Pemilihan Presiden 2019 yang terberat bagi Prabowo Subianto. Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno, mengatakan semua pilpres memang berat.

"Semua pilpres sejatinya berat. Kami juga merasakan hal yang sama. Namun, karena kami melihat ini perhelatan penuh keceriaan dan persaudaraan, kami hadapi dengan optimisme dan antusiasme," kata Hendrawan saat dihubungi, Kamis, 11 Oktober 2018.

Ia menilai energi positif harus dilahirkan dalam kontestasi. Bukan sebaliknya, energi negatif dari hujatan, hardikan dan ujaran kebencian. Menurutnya, kasus hoaks Ratna dibuat untuk mendiskreditkan Jokowi sebagai capres petahana.

"Skandal kebohongan Ratna Sarumpaet yang kemudian seperti diplot untuk mendiskreditkan petahana, yang kemudian terbukti blunder, sungguh membahayakan modal persatuan kita sebagai bangsa," lanjut Hendrawan.

Lalu, ia pun menyinggung penggunaan kata dan narasi seperti setan versus malaikat, thagut, dajal, pemimpin sontoloyo, dan sejenisnya. Hal ini, kata dia, melukai kebersamaan yang sedang dibangun atas dasar kekeluargaan, nurani dan akal sehat.

"Penggunaan politics of victimhood (menjadi korban), berupaya menarik simpati karena seolah-olah menjadi korban otoritas dan kesewenang-wenangan, juga berusaha dimainkan. Demokrasi kita dijejali dengan modus-modus primitif untuk merebut kekuasaan. Ini harus kita hindari," kata Hendrawan. (ase)