PKS Sebut Aksi 212 Bukti Islam Cinta NKRI, Bukan Radikal

Umat muslim mengikuti aksi reuni 212 di Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Penggunaan cadar dan celana cingkrang menjadi pro dan kontra setelah ucapan Menteri Agama Fachrul Razi. Fachrul dinilai keliru melontarkan kajian aturan cadar dan celana cingkrang.

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Aboe bakar Alhabsyi menyayangkan jika sampai aturan tak boleh bercadar dan bercelana cingkrang bagi aparatur sipil negara atau ASN keluar.

"Sebenarnya yang intoleran itu siapa? Siapa yang radikal," kata Abu dalam acara Indonesia Lawyers Club tvOne 'Apa dan Siapa yang Radikal', Selasa malam, 5 November 2019.

Dia menyindir Menteri Agama Fachrul yang masih baru di pemerintahan agar tidak membuat gaduh. Meskipun ia tak menyebut nama Fachrul. Sebab, wacana ini pertama keluar dari eks Wakil Panglima TNI itu sampai akhirnya berujung jadi polemik di masyarakat.

"Tolong para pejabat tahu tupoksi. Baru berapa hari, bikin gaduh," ujarnya.

Dalam kesempatan itu ia mengingatkan kembali kalau Islam jangan di-framing dengan radikal. Polemik ini harus dilihat dengan sudut pandang yang obyektif dan rasional.

Abu membandingkan kasus di Wamena, Papua yang menewaskan puluhan jiwa warga pendatang namun tak disebut radikal tapi aksi separatisme dengan pelaku sudah terbukti dari suku pegunungan. Istilah radikal dianggap tak adil.

Kemudian, dia mencontohkan aksi 212. Kata dia, jika seandainya Islam radikal, maka reuni 212 tidak akan damai. Hal ini sudah jadi bukti nyata ketika aksi 212 justru berlangsung tertib dan damai.

"Umat Islam kumpul jika mereka kita anggap radikal, hancur negara. Data kasar 7 juta, itu sampah enggak bertebaran, rumput enggak tersentuh. Begitu indahnya umat kumpul 212. Ini bukti kecintaan umat Islam ke NKRI," katanya lagi.