Singapura Tak Lagi Surga Belanja, Investor Lirik Indonesia

Ilustrasi belanja.
Sumber :
  • REUTERS/Lucy Nicholson

VIVA.co.id – Singapura yang biasa dijuluki sebagai surga belanja, kini tak lagi diminati karena terkena imbas gejolak perekonomian global. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey menyebut, kondisi perekonomian “negeri singa” yang cenderung stagnan, tidak dapat menahan hantaman perekonomian global.

"Kalau di Singapura kan sudah stagnan dia. Pasarnya dengan segmen menengah atas sudah enggak dilirik lagi. Lebih banyak konsumen yang enggak loyal," kata Roy saat dihubungi VIVA.co.id, Selasa, 7 Juni 2016.

Menurut Roy, tren pasar di Indonesia justru berbanding terbalik dengan Singapura. Pasar Tanah Air dibidik para investor untuk menanamkan modal, karena mereka percaya perekonomian domestik yang masih dapat tumbuh, walaupun melambat.

"Trennya di Indonesia justru terbalik. Di kita jadi dilirik sama asing. Asing kan jadi pada masuk. Ada beberapa pemain dari Jepang sekaligus dari Turki akan masuk. Jadi artinya pasar Indonesia cukup menjanjikan dengan tingkat kondisi ekonomi yang masih tumbuh," tuturnya.

Roy mengungkapkan, beberapa indikator yang menjadi landasan asing melirik pasar Indonesia di antaranya, kepercayaan pada ekonomi nasional yang bagus dengan menempati peringkat ketiga setelah Tiongkok dan India.

"Kalau Eropa sekarang kan hanya 1-2 persen pertumbuhan ekonominya," ujarnya.

Kemudian, daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia saat ini sudah lebih baik. "Kedua, tingkat GDP kita hampir US$4.000. Sekarang US$3.500-an per kepala," ucapnya.

Dia menambahkan, paket kebijakan ekonomi pemerintah mendapatkan apresiasi positif dari investor, baik domestik maupun asing, menyangkut kemudahan proses investasi.

"Pemerintah lagi fokus deregulasi. Paket untuk investor dan pengusaha lebih mendorong daya saing. Beberapa faktor itu yang jadi Indonesia dilirik investor," ujarnya.