Gerakan #KosongkanGBK, Jangan Sampai Timnas Jadi Korban

Sejumlah pemain timnas Indonesia tertunduk usai kalah dari timnas Singapura dalam penyisihan grub B Piala AFF 2018 di Stadion Nasional Singapura
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Gerakan #KosongkanGBK menggema di media sosial sepanjang Selasa 13 November 2018. Warganet ramai-ramai memboikot menonton pertandingan tim nasional Indonesia versus Timor Leste secara langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Dari pantauan VIVA, dua jam jelang pertandingan, kawasan GBK memang masih sepi. Tak banyak penonton yang lalu lalang di sana.

"Wajar, lawannya Timor Leste. Di atas kertas, Indonesia bisa menang. Ini juga hari kerja. Mungkin saat lawan Filipina ramai, mudah-mudahan Indonesia main bagus," kata salah satu suporter Indonesia, Indah, Selasa sore.

Benar, bersamaan dengan hari kerja juga bisa jadi alasan. Tapi, gerakan #KosongkanGBK juga memberi dampak berarti bagi sepinya SUGBK di laga lawan Timor Leste kali ini.

Netizen effect di Indonesia begitu besar. Beberapa kali PSSI terkena dampak netizen effect. Seperti kasus Indra Sjafri.

Di awal penunjukan, Indra harus bersaing dengan eks pelatih Timnas U-19 Myanmar, Gerd Zeise. Bahkan, Zeise sempat jadi kandidat terkuat pelatih Timnas U-19.

Belakangan, justru Indra yang kembali naik jadi pelatih Timnas U-19. Semua juga dipengaruhi oleh netizen effect.

Kampanye #KosongkanGBK sebenarnya jadi kritik terhadap federasi. Namun, pantaskah dengan mengorbankan Timnas?

Itu semua tergantung Anda menyikapinya. Bukan memaksa pula harus mendukung Timnas secara langsung.

Hanya saja, lebih baik bersikap sopan dan santun dalam menyikapi situasi yang ada. Timnas memang sedang berada dalam masa yang kritis.

Performa di laga lawan Singapura, begitu mengecewakan publik karena penampilannya jauh dari harapan. Tak menggigit, seperti saat masih dipegang Luis Milla Aspas.

Namun, bukan cacian yang mereka butuhkan. Kritik membangun dan dukungan, jadi dua hal yang harus mereka 'makan' saat ini agar kembali bertaji.

Jangan jadikan Timnas sebagai korban. Semua mau Timnas berprestasi, bukan? Jika nantinya Timnas masuk final, publik pasti banyak juga yang mau menonton.

"Saya sudah diskusi dengan empat pemain yang ada. Saya sarankan, agar jangan (maaf) melihat komentar-komentar orang. Jangan sampai diadu, karena kami sudah bersatu. Siapa yang siap main, harus didukung," kata sayap Timnas, Andik Vermansah, saat memberi saran kepada pemain muda demi menyikapi komentar warganet. (one)