Stasiun Antariksa China Makin Turun, Indonesia Terancam

Ilustrasi Stasiun Antariksa China Tiangong di orbit Bumi.
Sumber :
  • Dokumen CMSA

VIVA – Stasiun antariksa China, Tiangong-1 masih belum pasti di mana akan jatuh. Perkiraan terbaru dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN, stasiun itu akan masuk ke atmosfer Bumi atau reentry pada 1-2 April 2018. 

Dalam pengamatan terbaru, tanda-tanda Tiangong-1 bakal jatuh dari langit makin kuat. LAPAN mengatakan stasiun antariksa China itu terus mengalami penurunan orbit. Pada 24 jam lalu, orbit Tiangong-1 mengalami pelambatan, yakni hanya turun 3 kilometer per hari, namun pada Sabtu pagi 31 Maret 2018, penurunan orbit Tiangong-1 makin cepat, yakni turun 9 kilometer per hari. 

Pada pagi ini, LAPAN mencatat, Tiangong-1 berada pada ketinggian 178 kilometer di atas permukaan laut. Untuk jatuh ke Bumi atau reentry, biasanya sebuah objek antariksa masuk pada ketinggian 120 kilometer. 

Dengan data tersebut, LAPAN memperkirakan Tiangong-1 akan jatuh pada 2 April 2018 pukul 04.29 WIB dengan perkiraan plus minus 10 jam. Setelah reentry, menurut perkiraan lintasan orbit Tiangong-1, kurang lebih 10 jam masih melewati daerah Indonesia.

Dengan rentang ketidakpastian sebesar ini, LAPAN menuliskan, stasiun tersebut masih mungkin jatuh di daerah mana saja di antara lintang 43 derajat Lintang Utara hingga 43 derajat Lintang Utara.

"Saat ini masih terlalu dini untuk memprediksi lokasi atmospheric reentry secara lebih akurat. Kesimpulan sementara Indonesia belum aman dari kejatuhan Tiangong-1," tulis LAPAN dalam websitenya, Sabtu 31 Maret 2018.

Astronom amatir, Ma'rufin Sudibyo menuliskan, Sabtu dini hari 31 Maret 2018, Tiangong-1 melintasi Indonesia. 

Pada pukul 00.15 hingga 00.24 WIB, Tiangong-1 melewati Indonesia pada ketinggian kurang dari 200 kilometer di atas permukaan laut. Stasiun itu lewat dari barat daya ke timur laut dan melintasi di atas kota Trenggalek, Sumenep, Palu hingga Gorontalo. Sedangkan pada pukul 01.43 hingga 01.52 WIB, stasiun antariksa itu tanpa masalah melewati Pulau Natal hingga Bagain Siapiapi di Sumatera.