Profesi yang Berisiko Tinggi Bunuh Diri, Ada Pekerja Seni dan Media

Ilustrasi bunuh diri.
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Sejak pergantian milenium, tingkat bunuh diri di Amerika mengalami peningkatan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bahkan menyatakan bahwa hal itu menjadi tren yang mengkhawatirkan.

"Meningkatnya tingkat bunuh diri di AS adalah tren yang mengkhawatirkan yang mewakili tragedi bagi keluarga dan komunitas dan berdampak pada tenaga kerja Amerika," kata Dr. Debra Houry, direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Cedera Nasional CDC, dikutip dari laman NBC, 16 November 2018.

CDC lantas mengelompokkan data korban bunuh diri berdasarkan pekerjaan atau profesi mereka. Menurut Houry, implementasi langkah ini bertujuan agar lebih fokus pada penanganan untuk membantu menyelamatkan lebih banyak jiwa.

Peneliti menggunakan data dari 17 negara bagian, serta menganalisa tingkat bunuh diri pada populasi usia kerja selama 2012 dan 2015. Untuk mendapatkan gambaran jelas, mereka juga dikategorikan berdasarkan jenis kelamin.

Untuk jenis kelamin pria, pekerja konstruksi dan pertambangan ditemukan memiliki tingkat bunuh diri tertinggi, dengan sekitar 53 kasus bunuh diri per 100.000 pekerja.

Angka tertinggi kedua ditemukan di antara pria yang bekerja di bidang seni, hiburan, olahraga, dan media. Mereka yang bekerja di instalasi, pemeliharaan, dan perbaikan menempati peringkat ketiga.

Adapun kelompok pekerjaan berisiko tinggi bunuh diri pada wanita, yang tertinggi ditemukan pada mereka yang bekerja di bidang seni, hiburan, olahraga, dan media, dengan angka sekitar 16 kasus bunuh diri per 100.000 pekerja.

Pekerja wanita dalam layanan perlindungan dan perawatan kesehatan menempati peringkat kedua dan ketiga.

Untuk kategori sekaligus pria dan wanita, tingkat bunuh diri terendah ditemukan dalam pendidikan, pelatihan, dan pekerjaan perpustakaan. Hasil penemuan CDC itu telah dipublikasikan secara online di laman cdc.gov, pada 16 November 2018.

Di Indonesia sendiri, kasus bunuh diri tak dapat dibilang sepele. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015.

Data perkiraan World Health Organization (WHO), angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012 adalah 10.000. Angka ini meningkat dibanding tahun 2010 yang hanya setengahnya, yakni sebesar 5.000.

Alasan mendasar mengapa orang bunuh diri tak pernah benar-benar dapat dipahami. Dikutip dari laman Live Science, Dr. John Campo, ketua bidang psikiatri dan perilaku kesehatan di The Ohio State University Wexner Medical Center, mengatakan: ”Untuk alasan-alasan yang tak sepenuhnya kita pahami, beberapa orang mencapai keputusasaan dan rasa sakit yang dalam sehingga mereka mulai mempercayai bahwa mereka lebih baik mati saja.”