Satu Kemenangan yang Tentukan Langkah Spanyol ke Prancis

Pemain timnas Spanyol rayakan gol.
Sumber :
  • REUTERS/Eloy Alonso
VIVA.co.id
- Spanyol akan menghadapi Luxemburg dalam laga lanjutan Grup C, kualifikasi Piala Eropa 2016, Jumat 9 Oktober 2015 atau Sabtu dini hari WIB. Pertandingan ini bakal menjadi penentu langkah Spanyol untuk melangkah ke putaran final di Prancis.

Satu kemenangan sudah cukup bagi Spanyol untuk memastikan tiket lolos langsung ke Prancis. Andai kalah di duel pamungkas melawan Ukraina, 12 Oktober 2015, posisi terburuk Spanyol adalah runner up Grup C.

Meski begitu, para pemain Spanyol enggan mencari hasil imbang di pertandingan melawan Luxemburg. Bek sayap Spanyol, Juanfran, menegaskan Spanyol tetap menargetkan kemenangan di duel ini.

Kemenangan, menurut Juanfran, akan memiliki makna ganda bagi Spanyol. Moral bertanding para pemain akan terangkat jelang putaran final Piala Eropa 2016. Karena, hanya dengan kemenangan, Spanyol bisa memastikan diri lolos ke Prancis dengan status juara grup di kualifikasi.

Makna lainnya adalah kemenangan bisa membuat intrik-intrik di dalam timnas hilang. Seperti diketahui, timnas Spanyol sempat diisukan mengalami perpecahan.

Itu diakibatkan oleh persaingan kuat klub para pemain di La Liga. Paling kuat, adanya konflik yang melibatkan Gerard Pique dan Sergio Ramos.

Seperti diketahui, Pique sempat mengeluarkan pernyataan yang bernada menyindir Real Madrid usai Barcelona meraih treble winners musim lalu. Dan sindiran tersebut langsung ditanggapi sinis oleh Ramos.

"Kami mau mengalahkan Luxemburg. Kami perlu bersatu demi mencapai target tersebut," kata Juanfran seperti dilansir Onda Cero.

"Segala macam bendera seperti Blanco (Real Madrid), Rojiblancos (Atletico Madrid), atau Cules (Barcelona), harus diletakkan lebih dulu. Kami harus mendukung timnas sepanjang masa," lanjutnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh pelatih timnas Spanyol, Vicente Del Bosque. Posisi Spanyol, diklaim Del Bosque, belum aman.

Ya, memang benar. Saat ini Spanyol memang berada di peringkat 1 klasemen Grup C dengan mengoleksi 21 poin. Spanyol sebenarnya bisa melorot ke posisi 3 alias zona play-off.

Kondisi itu bisa tercipta jika Luxemburg menahan seri atau mengalahkan mereka. Dan di laga pamungkas, Ukraina menang besar atas Spanyol.

"Pertama, kami harus memastikan diri lolos. Kami sudah semakin dekat pada level tertinggi dan akan bertarung sekuat mungkin," ujar Del Bosque.

"Kami punya perasaan bagus terkait Piala Dunia. Saya tak mau siapa pun berpikir kami akan dengan mudah jadi juara, atau hal buruk akan terjadi," sambungnya.

Melawan Luxemburg, Del Bosque diprediksi akan menampilkan kekuatan terbaiknya. Formasi 4-3-3 kemungkinan besar bakal diturunkan.

Dalam sesi latihan, mantan pelatih Real Madrid tersebut selalu mengasah formasi tersebut. Kuartet pertahanan dipercayakan kepada Gerard Pique, Nacho Fernandez, Juanfran, dan Cesar Azpilicueta.

Bergeser ke tengah, Sergio Busquets, Santi Cazorla dan Isco, dipercaya untuk mengatur irama permainan. Sementara itu, posisi trisula maut bakal diisi oleh Pedro Rodriguez, David Silva, dan Alvaro Morata.

Andai tim ini berhasil meraih kemenangan saat melawan Luxemburg, maka Del Bosque akan merotasi pemainnya saat melawan Ukraina.

Tim tersebut berisikan Mario Gaspar, Marc Bartra, Xabi Etxeita, dan Jordi Alba, di sektor pertahanan. Bergeser ke lini tengah, Mikel San Jose bakal bekerja sama dengan Thiago Alcantara dan Cesc Fabregas.

Di lini depan ada Juan Mata, Alvaro Negredo, serta Nolito dalam tim kedua yang disiapkan untuk menghadapi Ukraina.

Selanjutnya: Dihantui Siulan


Dihantui Siulan

Upaya timnas Spanyol mengunci tiket ke Prancis kemungkinan besar akan mendapat gangguan. Bukan dari lawan atau fans lawan, melainkan suporter sendiri.

Seperti diketahui, pernyataan Pique usai Barca meraih treble winners sempat menyinggung perasaan beberapa pemain Madrid. Fans Los Blancos pun tersinggung dengan ucapan Pique.

Mereka menilai kekasih Shakira tersebut merupakan sosok arogan. Fans Madrid juga menganggap Pique adalah salah satu provokator yang bisa mengganggu soliditas di skuad timnas Spanyol karena mendukung kemerdekaan Catalunya.

Alhasil, dalam beberapa pertandingan terakhir Spanyol, Pique selalu mendapatkan siulan dari fans Madrid. Paling parah, Pique mendapatkannya di laga melawan Slovakia, awal September 2015 lalu.

Pique mengaku tak akan terganggu jika siulan itu kembali terdengar. "Saya sudah kebal dengan siulan," tegasnya.

Sementara itu, Del Bosque meminta anak-anak asuhnya untuk tak terpengaruh dengan siulan yang datang dari para penonton. Dia berharap anak-anak asuhnya bisa fokus saat sedang bertanding.

"Bersikaplah seperti biasa karena itu yang terbaik. Kami tak bisa terpengaruh. Tapi, kalau siulan tersebut tak terdengar, akan jadi keuntungan," tutur Del Bosque.

Bukan cuma Del Bosque, striker timnas Spanyol, Nolito, juga berharap siulan tersebut tak terdengar lagi. Nolito menyatakan siulan ke Pique merupakan penghinaan bagi para penggawa timnas Spanyol.

"Jika ada pemain yang disiul, berarti kami juga dihina. Saya berharap kami bisa mengatakan ke publik untuk tak bersiul kepadanya. Tapi, mereka bebas melakukan apa yang mereka mau," kata Nolito.

Selanjutnya: Panggung Bagi Debutan


Panggung Bagi Debutan

Kejutan diberikan oleh Del Bosque saat menyusun skuad timnas Spanyol untuk menghadapi Luxemburg dan Ukraina di 2 laga pamungkas kualifikasi Piala Eropa 2016.Beberapa muka baru dimasukkan oleh Del Busque. Di antaranya adalah Xabier Etxeita dan Mario Gaspar.

Terkait Etxeita, sebenarnya cukup telat baginya masuk timnas Spanyol. Usianya akan menginjak 27 tahun pada 31 Oktober 2015 mendatang.

Pemain yang merumput bersama Athletic Bilbao itu pun mengaku terkejut dengan pemanggilannya ke timnas Spanyol. Dia tak pernah menyangka bisa dipanggil oleh Del Bosque untuk menghadapi partai internasional.

"Sebuah kejutan. Saya sama sekali tak menyangka. Tapi, pemanggilan ini harus diapresiasi," ujar Etxeita seperti dikutip AS.

"Ketika mendapat panggilan, saya sedang di rumah. Saat itu sangat senang rasanya. Sudah lama sekali saya menunggu momen ini. Sekarang saya sudah 27 (tahun). Pastinya, saya perlu bekerja keras," sambungnya.

Satu masalah yang akan dihadapi oleh Etxeita saat tampil di laga melawan Luxemburg atau Ukraina. Ya, demam panggung.

Pria yang berposisikan sebagai bek tengah tersebut khawatir performanya akan terganggu akibat terlalu canggung saat bermain bersama pemain sekaliber Gerard Pique. Apalagi, Etxeita akan bermain menggunakan jersey kebesaran Spanyol, bukan Bilbao.

"Saya tak tahu bagaimana perasaan saya nanti ketika mendengar lagu kebangsaan. Mari lihat jika saya bermain. Tentu saja saya mau bermain. Saya harus bekerja dengan baik selama sepekan demi bisa membuka peluang bermain," tutur Etxeita.

Selanjutnya: Momen Bersejarah Fabregas


Momen Bersejarah Fabregas

Pertandingan melawan Luxembourg dan Ukraina bisa menjadi momen bersejarah bagi Cesc Fabregas. Jika tampil di 2 laga ini, maka Fabregas akan menorehkan tinta emas dalam karirnya di timnas Spanyol.

Saat ini, gelandang Chelsea tersebut sudah mengoleksi 98 caps di timnas Spanyol. Dengan demikian, penampilannya pada 2 duel pamungkas Spanyol di kualifikasi Piala Eropa 2016 akan menggenapkan capsnya menjadi 100.

Jumlah ini sama dengan Iker Casillas dan Gerard Pique. "Saya merasa terhormat bisa sejajar dengan keduanya. Saya berharap sekali bisa melakukannya. Bisa secepatnya, atau lain waktu," kata Fabregas seperti dikutip Radio Marca.

"100 pertandingan dalam 10 tahun sejak debut di sini. Saya menjadikannya sebagai momen berharga dalam diri saya dan banyak pelatih," lanjutnya.

Pique pun angkat bicara soal momen bersejarah yang akan dihadapi Fabregas. Menurut Pique, Fabregas merupakan pemain yang layak mendapatkan penghormatan saat mencapai prestasi tersebut.

Pasalnya, dinilai oleh bek milik Barca tersebut, Pique adalah salah satu pemain yang menjadi perintis bagi talenta Spanyol untuk bermain di luar negeri.

"Dia merupakan pionir, pergi ke London di usia 16 tahun. Setelahnya, pemain lain mengikuti jejaknya dan dia adalah contoh. Fabregas contoh bagi saya," tuturnya.

Selain keberanian, sikap militan dan pantang menyerah Fabregas juga sangat dikagumi Pique. Gelandang yang menggunakan nomor punggung 4 di Chelsea itu, diungkapkan Pique, pernah tak mau bicara saat timnya kalah dan tampil buruk.

"Saya kenal dia dari kecil. Saat tak meraih kemenangan, pasti dia tak mau bicara seharian. Atau bisa jadi, dia tak angkat telepon," tutur Pique.