BPOM Dorong Produk Biologi dan Fitofarmaka Sebagai Obat Alternatif

Obat Herbal
Sumber :
  • Pixabay/Vijayanarashimha

VIVA – Industri farmasi Indonesia hingga kini masih mengandalkan bahan baku impor. Lebih dari 90 persen bahan baku kimia yang digunakan untuk obat di Indonesia diimpor.

Menurut Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) Penny K Lukito, hal tersebut disebabkan oleh teknologi Indonesia yang masih jauh tertinggal. Selama ini Indonesia terlena untuk tidak membangun teknologi kimia dasar.

"Kita tidak bisa tiba-tiba saja menjadi industri, kita juga harus ada aspek ekonomi untuk membangun sesuatu, ada sumber bahan bakunya yang raw material yang dihasilkan oleh satu industri kimia dasar yang kuat, itu kita belum terbangun," ujar Penny usai membuka acara pencanangan Komitmen Konsorsium Vaksin dan Produk Biologi Lainnya di kawasan Sawah Besar, Jakarta, Kamis 13 Desember 2018.

Sementara BPOM RI bersama stakeholder lainnya membangun industri tersebut, di waktu yang sama juga mereka akan membangun sumber obat lain yang berbahan alami.

Penny mengatakan, untuk kemandirian bahan baku memang Indonesia belum bisa mengejar dengan cepat ketertinggalan. Sebabnya, ada negara-negara lain yang aspek ekonominya lebih besar dan bisa menjual lebih murah.

Yang dikhawatirkan, jika Indonesia bisa menghasilkan bahan baku kimia sendiri belum tentu bisa menjual dengan harga lebih murah lagi. Jadi, yang dikerjakan oleh BPOM saat ini adalah mengejar di obat-obatan lain misalnya bioteknologi yang menghasilkan produk biologi.

Jadi, kemandirian yang akan dikejar adalah dalam bidang produk bioteknologi seperti darah yang sampai saat ini masih belum mandiri. Serta produk fitofarmaka sebagai alternatif untuk mencapai kemandirian.