Obat China Dipercaya Lebih Manjur dari Herbal Indonesia, Ahli Ungkap Fakta 'Curang' di Baliknya

Ilustrasi ramuan obat herbal.
Sumber :
  • Pixabay/ condesign

JAKARTA – Indonesia berlimpah tanaman obat. Bahkan, bangsa ini memiliki 17 ribu jenis tanaman yang sangat potensial. Mirisnya, herbal Indonesia masih kalah pamor dibanding obat tradisional China, yang justru dipercaya lebih manjur untuk mengatasi berbagai keluhan penyakit. 

Heboh Kopi Tanpa Kafein, Disebut Mengandung Bahan Pemicu Kanker

President of Indonesia Chapter of High Performance Thin Layer Chromatography (HPTLC) Association Udayana University, Prof. Dr.rer.nat.apt, I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si, mengungkap alasan kenapa herbal Indonesia kalah dengan obat China. Yuk, scroll untuk mengetahui jawabannya. 

Menurut Prof Gelgel, sapaannya, alasan pertama adalah soal regulasi, di mana Indonesia memiliki standar yang berbeda dengan negara lain terkait obat herbal, terutama dengan India dan China. 

Mengandung Banyak Vitamin dan Mineral, 3 Herbal Ini Bisa Bantu Lancarkan ASI

"Kalau obat tradisional kita gak boleh pake BKO (Bahan Kimia Obat) di dalamnya," ungkapnya ditemui di acara Conference dan workshop pertama Asosiasi HPTLC Chapter Indonesia, di kawasan Jakarta Pusat, baru-baru ini. 

4 Rempah Bisa Lancarkan Plak di Pembuluh Darah Jantung, Zaidul Akbar: Tapi Ada yang Lebih Penting

"Sebenernya ini keunggulan dari regulasi kita, tapi obat China yang masuk ke Indonesia itu saya pernah mengontrol. Ketika misalnya dia dijual sebagai penurun tensi, mereka (di China) mengizinkan ada bahan kimia obat. Itu kan masyarakat nggak tahu cuma 'oh bagus ya obat China'," sambungnya. 

Sementara Indonesia harus ketat dengan regulasi yang ada. Kata Prof Gelgel, kualitas obat herbal kita harus sesuai regulasi, yaitu 100 persen organik, tidak boleh ada tambahan bahan kimia di dalamnya. 

"Sehingga hati-hati, karena regulasi di China dan India masih mengizinkan itu. Yang bagus ya kalau dibilang bahan alam, maka pure bahan alam. Karena regulasi kita lebih kuat," tuturnya.

"Negara menjamin kualitas dari obat herbal kita 100 persen sesuai dengan tema dan judulnya. Jadi kalau alam ya alam. Memang kalau efikasi masyarakat butuh cepet, tapi janganlah, karena tujuan kita beda," tambahnya.

Ilustrasi pil/obat.

Photo :
  • Freepik/freepik

Prof Gelgel bahkan mengungkap, dia kerap mendapat laporan dari apoteker. Setelah mengonsumsi obat tertentu, bukannya sembuh, orang yang bersangkutan justru mengeluhkan masalah kesehatan. Setelah ditelusuri, ternyata hal itu karena terlalu banyak bahan kimia yang ditambahkan ke dalam obat yang diklaim herbal atau tradisional.

"Banyak yang kena tipu, apoteker sering melapor, abis minum ini ginjalnya jebol, karena banyak bahan kimia yang dimasukkan dan itu tidak terdaftar di badan POM," pungkas Prof Gelgel.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya