COVID-19 dan DBD Mewabah, Kenali Perbedaan Virusnya

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • Freepik/kjpargeter

VIVA – Virus corona atau COVID-19 saat ini sudah dinyatakan sebagai sebuah pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Meski turut mewabah di Indonesia, namun kasusnya jauh lebih sedikit dibanding penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang sudah mencapai 17 ribu jiwa.

Bahkan, per 11 Maret 2020, angka kematian akibat DBD sebesar 104 kasus di seluruh Indonesia. Hal ini membuat masyarakat harus memahami bagaimana cara agar lebih waspada terhadap dua penyakit tersebut.

Perlu dipahami, kedua penyakit itu sama-sama disebabkan oleh virus yang menyerang tubuh manusia. Imunitas yang rendah, membuat tubuh lebih rentan terjangkit atau mengalami penurunan kondisi jika sudah terinfeksi.

Tetapi, virus keduanya sangat berbeda dan penyebarannya yang tak sama. Lantas, bagaimana karakteristik dari tiap virus tersebut? Berikut ulasannya yang berhasil VIVA rangkum.

Berdasarkan laman WHO, DBD disebabkan oleh keluarga virus Flaviviride. Virus itu disebarkan dari nyamuk betina yang terinfeksi. Nyamuk tersebut umumnya adalah Aedes Aegypti dan menularkan ke manusia melalui gigitan.

Gejala paling umum adalah demam dan bintik kemerahan. Namun, demamnya cukup khas, di mana masa-masa kritis terjadi dalam rentang 3-7 hari. Demam yang terjadi biasanya berkisar pada 38 derajat Celsius.

Namun, jika suhunya malah turun di bawah itu, maka perlu dikhawatirkan, karena itulah tanda dari masa kritis pasien.

Jika biasanya pasien mengalami demam disertai muntah dan nyeri kepala, pada masa kritis, maka gejala akan lebih parah.Seperti kelelahan berlebih, gusi berdarah, sesak napas, muntah lebih sering atau bahkan muntah darah.

Gejala itu perlu diwaspadai karena bisa berakibat fatal dan memicu kematian.

Sementara itu, jumlah kasus pada COVID-19 di Indonesia per 11 Maret 2020 sebanyak 34 pasien. Di hari yang sama, pemerintah mengumumkan 1 pasien di antaranya meninggal dunia.

Perlu dipahami, virus corona jenis SARS-CoV-2 adalah penyebab penyakit COVID-19 yang ditemukan pertama kali di Wuhan, China dan kini telah menyebar di lebih dari 60 negara. Virus corona ini masih satu keluarga dengan penyakit SARS dan MERS yang sebelumnya juga pernah mewabah.

Virus ini merupakan zoonotik yang artinya ditularkan melalui hewan ke manusia. Pada SARS, ditemukan virus corona berasal dari hewan luwak dan pada MERS berasal dari onta. Untuk hewan perantara penyebar virus corona jenis baru ini masih dalam penelitian.

Hewan perantara ini kemudian menyebarkan virus yang ada di tubuhnya ke manusia dan masuk ke saluran pernapasannya.

Oleh karena itu, gejala yang timbul tak jauh berbeda di antara ketiganya. Seperti infeksi saluran pernapasan, demam, batuk dan sesak napas. Pada kasus lebih serius, infeksi bisa menyebabkan pneumonia, infeksi saluran pernapasan atas, gagal ginjal hingga kematian.

Berbeda dengan DBD, penyebaran virus corona atau COVID-19 bukan melalui gigitan nyamuk, melainkan dari percikan liur antar manusia, seperti bersin dan batuk.

Untuk itu, pada mereka yang batuk dan bersin sangat disarankan mengenakan masker atau menutupinya dengan lengan tangan agar tak menularkan virus kepada mereka yang sehat.