Pakai Bahasa Indonesia, Dokter AS Bahas Ivermectin Hingga Susu Beruang

Ivermectin obat COVID-19.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Baru-baru ini, dokter asal Amerika, dr. Faheem Younus menjadi perhatian luas terutama di kalangan netizen Indonesia. Hal ini lantaran tweet Faheem Younus pada 6 Juli lalu yang menggunakan bahasa Indonesia.

Dalam unggahan tersebut, Faheem Younus menyoroti tindakan desinfeksi di jalan dan ruang terbuka. Faheem yang merupakan pakar penyakit menular asal Maryland, Amerika Serikat, menyebut bahwa melakukan desinfeksi di jalan dan ruang terbuka itu tidak tepat.

"Benar-benar buang-buang waktu, uang, dan energi. Desinfeksi permukaan TIDAK diperlukan di jalan dan ruang terbuka. Rumah sakit dan kamar dengan pasien COVID adalah cerita lain," cuit Faheem Younus dalam akun twitternya.

Faheem Younus menjelaskan bahwa COVID-19 umumnya menyebar dari orang ke orang melalui kontak dekat atau udara, di dalam ruangan. Dia pun meminta masyarakat untuk melakukan cuci tangan dengan baik.

"COVID umumnya menyebar dari orang ke orang, melalui kontak dekat atau udara, di ruang dalam ruangan Penyebaran permukaan SANGAT langka. Berhentilah mengkhawatirkan pegangan, gagang pintu, koran, pakaian, bahan makanan. Cuci tangan saja. Fokus di tempat yang penting," kata dia.

"Disinfektan dinilai terlalu berlebihan. Cuci tangan Anda dan belanjakan uang Anda untuk masker," cuit dia lebih lanjut.

Tidak hanya itu, Faheem Younus juga sempat menyoroti perilaku masyarakat Indonesia yang ramai menyerbu produk susu steril hingga menyinggung obat Ivermectin. Dia menyebut bahwa susu beruang tidak memiliki peran dalam pengobatan COVID-19.

"Teman-teman Indonesia, Susu ini (susu beruang) atau vitamin atau ivermectin tidak memiliki peran dalam pengobatan COVID," tulis dia.

https://twitter.com/FaheemYounus/status/1411536169469419523?s=20

Siapa sosok Faheem Younus?

Faheem Younus diketahui merupakan Vice President, Chief Quality Officer dan Chief Division of Infectious Disease di University of Maryland Upper Chesapeake Health. Younus diketahui dokter pemenang penghargaan dan eksekutif dokter bersertifikat (CPE). Dia juga diketahui terpilih tiga kali oleh rekan-rekannya untuk menerima penghargaan "Top Doc" yang diberikan setiap tahun oleh Majalah Baltimore.

Faheem Younus juga menerima "Presidential Service Award" dari pemerintahan Obama pada tahun 2008 untuk layanan kemanusiaannya. Dia juga diketahui menulis banyak artikel peer-reviewed.

Faheem Younus juga diketahui telah 19 tahun menjadi Clinical Associate Professor di University of Maryland. Terlepas dari semua tanggung jawab administratifnya, Dr. Faheem Younus tetap berkomitmen pada hasratnya untuk merawat pasien dengan infeksi yang rumit.

Dia menjalankan praktik penyakit menular rawat inap dan rawat jalan. Faheem Younus juga mengajar mahasiswa kedokteran dan residen. Dia juga menemukan waktu untuk melakukan penelitian klinis dan menulis editorial opini yang berkaitan dengan bidang Penyakit Menular.

Faheem Younus diketahui telah menamatkan pendidikan di King Edward Medical Collage di tahun 1989 hingga 1996 sebelum menyelesaikan pendidikan di Drexel University College of Medicine pada tahun 1996-1999. Di tahun 1999-2001 Faheem Younus menyelesaikan dua tahun fellowship training di Healthcare Epidemiology and Infectious Disease dan mendapatkan sertifikat ABIM's Board of Infectious Disease di State University of New York at Stony Brook.