Ternyata, Badai Sitokin Lebih Banyak Dialami Orang Seperti Ini

ilustrasi masker.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Badai sitokin dapat menyebabkan pasien COVID-19 mengalami perburukan gejala. Seseorang yang terkena badai sitokin dapat menyebabkan kondisinya menjadi kritis, bahkan mengakibatkan kematian.

Spesialis penyakit dalam, Dr. Jeffri Aloys Gunawan, Sp.PD, pun tidak memungkiri bahwa badai sitokin merupakan fase yang menakutkan dan sangat berisiko.

"Dan nantinya bisa menimbulkan kerusakan organ dalam, yang kemungkinan tidak bisa kembali kalau sudah sangat berat dan bisa menimbulkan kematian," kata dia saat sesi #GOODTALKSERIES 'A-Z Tips Isoman Anti Panik' di Instagram @gooddoctor.id, Sabtu 28 Agustus 2021.

Lebih lanjut dokter Jeffri menjelaskan, ternyata faktor keturunan turut menjadi penyebab timbulnya badai sitokin dan tidak semua orang akan mengalami badai ini.

"Jadi, tidak pasti semua orang akan mengalami fase badai sitokin. Jadi teman-teman gak usah khawatir bahwa kalau COVID-19 akan dapat fase ketiga (badai sitokin)," ujarnya.

Jeffri menjelaskan, berdasarkan hasil studi, fase badai sitokin lebih banyak dialami oleh orang-orang yang memiliki genetik atau DNA yang mengandung gen penyakit HLH (Hemophagocytic lymphohistiocytosis).

"Jadi, HLH adalah suatu penyakit yang menyebabkan disregulasi atau adanya gangguan pada sel-sel darah putih kita. Teman-teman yang tidak punya gen HLH ini tentu bisa lebih tenang, karena kemungkinan badai sitokinnya lebih rendah," kata dia menenangkan.

"Itulah yang menjawab kenapa kok ada sebagian orang yang perburukan. Ada sekitar 10-15 persen yang mengalami gejala berat, badai sitokin, dan akhirnya meninggal sekitar 3 persen," terang dr. Jeffri Aloys Gunawan.