Peneliti Ungkap Motivasi Orang Melakukan Balas Dendam

Ilustrasi/Tindak kekerasan
Sumber :
  • pixabay.com

VIVA.co.id – Mata dibalas dengan mata, ungkapan yang menyiratkan bahwa membalas dendam itu harus dilakukan. Meskipun ungkapan 'balas dendam' ini sering ditemui dalam sebuah drama, namun dalam kehidupan nyata 'balas dendam' juga kerap terjadi. Karena itu, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengungkap motivasi manusia melakukan aksi balas dendam.

Balas dendam bisa memuaskan salah satu pihak, tapi juga melukai pihak lainnya. "Kami menunjukkan bahwa orang mengekspresikan baik perasaan positif ataupun negatif terkait balas dendam. Seperti balas dendam tidak pahit tidak juga manis, namun keduanya," jelas Fade Eadeh, dari Washington University, ahli Ilmu Psikologi dan Otak, seperti dilansir Live Science.

Sebuah studi lainnya yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan bahwa orang cenderung menghukum orang lain bukan karena keinginan untuk membalas dendam, tapi karena rasa untuk mendapatkan keadilan. Dan hasil penelitian tahun 2014 menemukan bahwa setelah melakukan tindakan balas dendam, orang biasanya akan merasa menyesal.

Untuk memahami bagaimana balas dendam mempengaruhi orang, Eadeh dan rekannya memimpin tiga penelitian berbeda dengan masing-masing melibatkan 200 partisipan. Para partisipan tersebut diminta mengisi sebuah survei tentang mood dan emosi mereka setelah membaca sebuah artikel tentang Osama Bin Laden.

"Kami percaya alasan orang merasa baik atas tindakan balas dendam adalah karena memberi kita kesempatan untuk membenarkan yang salah dan menjalankan tujuan untuk menghukum orang yang jahat."

"Dalam penelitian kami, ditemukan bahwa orang Amerika sering mengekspresikan kepuasan besar dari kematian Bin Laden, diperkirakan karena kami telah mengakhiri hidup dari seseorang yang ada di balik organisasi teror."

Di sisi lain, balas dendam juga menginspirasi mood negatif, karena balas dendam mengingatkan korban pada kesalahan, yang bisa kembali membuka lama korban.