Tradisi Berburu Paus di Lembata yang Jadi Objek Wisata

Ilustrasi ikan paus
Sumber :
  • www.pixabay.com/Puravida_Fotografie

VIVA – Jika berbicara Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) mungkin sudah tidak asing dengan ritual perburan ikan paus. Ya, perburuan ikan paus yang berada di Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, NTT ini telah ada sejak abad ke-16 dan kini menjadi daya tarik wisata dari kabupaten tersebut.

Meski masih menjadi pro dan kontra, perburuan paus itu pun masih tetap berlangsung hingga kini. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata Apolonaris Mayan yang ditemui VIVA di Gedung Sapta Pesona menyebut, kegiatan itu tetap dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.

Mengingat, kata dia masyarakat desa tersebut masih bergantung pada hasil laut salah satunya melalui perburuan paus itu.

"Pada dasarnya di wilayah itu dari aspek pertanian enggak bisa. Mereka harap satu-satunya laut. Ikan paus yang mereka buru itu dianggap sebagai pemberian dari Tuhan bagi manusia," kata Apolo, Senin 7 Mei 2018.

Dia melanjutkan, nantinya daging paus hasil buruan tersebut dipotong-potong sebelum akhirnya dibagikan ke semua warga desa.

"Tapi ada bagian-bagiannya untuk mereka yang menikam, mereka yang berburu, apalagi untuk janda-janda dan yatim piatu. Nanti akan dibarterkan ke pasar-pasar barter yang ada di sana," ungkap dia.

Dia melanjutkan, perburuan yang umumnya dilakukan pada Mei hingga Oktober itu tidak berlangsung begitu saja. Para pemburu paus itu akan melakukan ritual adat sejak 29 April hingga 1 Mei yang disebut sebagai prosesi pembuka.

"Mereka mulai ritual adat ada batu paus, mereka yakini akan dapat kemurahan. Masyarakat setempat akan mengawali dengan misa ada pemberkatan juga untuk mulai memburu paus," beber dia.

Di sisi lain, dia pun menekankan bahwa perburuan ini tidak dilakukan setiap hari. Selain itu hanya beberapa jenis paus yang diperbolehkan untuk diburu.
 
"Jadi perburuannya mulai Mei sampai Oktober. Tapi enggak setiap hari ditangkap. Itu biasanya dia siklus proses migrasi dari kutub utara ke selatan," kata dia.

"Paus yang lagi hamil enggak diburu, mereka sudah tahu. Penangkapan ikan itu kan pemberian. Terhadap paus biru itu enggak boleh diburu. Secara kebatinan sudah seperti apa ya (ada ikatan batin dengan masyarakat setempat)," sambung dia.

Dia pun menyebut bahwa para wisatawan bisa mengikuti kegiatan turun temurun ini. Tidak hanya bisa menikmati serunya berburu paus dengan peralatan tradisional yakni tombak, para wisatawan pun bisa menikmati beberapa destinasi wisata lain di sekitar desa tersebut dengan tujuan agar mereka tidak bosan saat menunggu prosesi perburuan tersebut.

"Mereka bisa menunggu di spot yang lain. Ada banyak spot dan kolam renang. Ada juga under water sehingga sambil menunggu wisatawan bisa mengunjungi spot lain," kata dia.