Insan Sepakbola Merana

Kantor PSSI di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA/Hafidz Mubarak A.

VIVA.co.id - Keputusan Menpora membekukan PSSI per tanggal 18 April 2015 mengungkap kembali memori kelam kisruh yang pernah menerpa sepakbola nasional 3 tahun lalu. Situasi sepakbola nasional menjadi tidak kondusif lagi.

Insan sepakbola nasional pun merana. Padahal, banyak pelaku sepakbola yang mencari nafkah di sana, dari pemain, pelatih sampai agen pemain khawatir gonjang ganjing akan berulang dan berimbas pada keberlangsungan kompetisi.

Seperti diketahui, tiga tahun silam, kompetisi sepakbola di Indonesia sempat porak poranda, menyusul dualisme kompetisi. Saat itu ada kompetisi Liga Primer Indonesia yang ingin menandingi Liga Super Indonesia yang sudah berjalan.

Ancaman sanksi FIFA pun terus membayangi sepakbola Indonesia karena kisruh yang tidak kunjung selesai. Selain membuat prestasi timnas melorot, kisruh tersebut juga sedikit banyak mengusik aktifitas sepakbola di Indonesia.

Setelah kisruh 2011 usai, sepakbola Indonesia kembali bergairah. Dan di musim kompetisi 2015, gengsi Liga Super Indonesia meningkat setelah meneken kerjasama dengan QNB (Qatar National Bank) sebagai sponsor utama kompetisi.

Sayangnya, harapan suporter menikmati sajian kompetisi ISL yang berubah menjadi QNB League musim ini harus pupus. Menpora melalui BOPI coba ikut campur dalam proses verifikasi klub yang seharusnya jadi wewenang PT. Liga Indonesia.

Puncaknya, ketika BOPI tidak merekomendasikan dua klub bersejarah, Arema Cronus dan Persebaya Surabaya, karena dianggap tidak memenuhi sejumlah persyaratan. Namun, PT Liga tetap mengikutsertakan kedua klub tersebut dalam kompetisi. Arema dan Persebaya harus ikut kompetisi karena memiliki saham di Liga, seperti halnya klub-klub peserta lainnya.

La Nyalla Mattalitti menerima bendera pataka dari Ketua PSSI periode 2011-2015 Djohar Arifin saat perayaan Hari Jadi PSSI ke-85. Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat


Pembekuan PSSI & Potensi Sanksi FIFA

Langkah ini membuat Menpora dan BOPI berang. Mereka lalu menerbitkan tiga surat peringatan dalam waktu singkat yang berujung pada keluarnya surat pembekuan PSSI oleh Menpora, sehari jelang KLB PSSI di Surabaya, akhir pekan lalu.

Dalam surat tersebut, Menpora menyatakan tidak mengakui PSSI dan akan mengalihkan pengelolaan kompetisi kepada KONI. Namun, PSSI tetap pada pendiriannya. Bahkan, PSSI menggugat surat pembekuan oleh Menpora ke PTUN.

Alhasil, kisah kelam tiga tahun lalu seperti berulang. Tapi, kali ini bukan dualisme kompetisi, melainkan dualisme pengelola kompetisi yang membuat pelaksanaan kompetisi diprediksi akan terhambat. Kondisi ini membuat cemas banyak pihak yang memang terlibat langsung dalam sepakbola nasional. Seperti klub, pemain dan suporter.

Manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar, tak menyangkal pihaknya cemas dengan situasi yang dipicu oleh keputusan pembekuan PSSI oleh Menpora ini. Yang dicemaskan Umuh tentu saja terkait keberlangsungan kompetisi sepakbola di Indonesia.

"Kami khawatir dengan keputusan Menpora membekukan PSSI. Bagaimanapun juga, jangan sampai kompetisi terhenti. Karena kompetisi adalah ruhnya sepakbola," kata Umuh usai KLB PSSI di Surabaya, akhir pekan lalu.

Umuh tak menyangkal jika kisruh ini sedikit banyak akan membuat mental para pemain terganggu. Umuh pun berusaha membuat para pemain Maung Bandung tetap bersemangat. Apalagi, Persib akan melakoni laga penting, pekan depan.

Sejak awal pekan ini, para pemain Persib kembali berlatih setelah libur empat hari usai melakoni laga melawan Lao FC, tengah pekan lalu. Persib berikutnya akan menjalani laga melawan tuan rumah New Radiant, Rabu 29 April 2015, mendatang dalam lanjutan AFC Cup.

"Istilahnya, ibarat seorang bapak buat anak-anaknya, saya harus berikan support kepada para pemain biar tetap semangat menjalani persiapan," kata Umuh.

"Saya sampaikan ke mereka, pemain, pelatih, dan semuanya yang ada di tim untuk tetap fokus dan tegar menghadapi situasi yang terjadi sekarang," sambung pria berusia 66 tahun, yang menjadi manajer Persib sejak 2009 tersebut.

Skuad Persib dibayangi ketakutan bakal terkena imbas dari pembekuan PSSI oleh Kemenpora. Sebab, bukan tidak mungkin otoritas tertinggi sepakbola dunia, FIFA, bakal menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, karena pemerintah dinilai campur tangan.

Pasalnya, sanksi itu bisa berdampak pada keikutsertaan Persib yang bersama Persipura Jayapura berjuang mewakili Indonesia di AFC Cup 2015. Karena itu, Umuh merasa saat ini merupakan momentum di mana dia mesti turun langsung dan menenangkan tim.

"Pemain harus fokus ke tanggal 29 April nanti. Pertandingan di Maladewa sangat penting. Tak hanya buat Persib, sebab kami juga mengusung nama baik bangsa dan negara," ungkap Umuh.

Sedangkan pelatih Djadjang Nurdjaman mengungkapkan, pihaknya memerlukan kepastian soal jadwal pertandingan berikutnya melawan Sriwijaya FC. Sebab, hal itu erat kaitannya dengan persiapan dan jadwal penerbangan Persib.

"Sebelum berangkat ke Maladewa (Sabtu 25 April 2015), saya harapkan sudah ada kepastian dan jaminan soal jadwal pertandingan di Liga. Kami merasa belum ada kepastian dan terkesan tidak jelas setelah keputusan itu (pembekuan PSSI)," ungkap Djanur, Kamis 23 April 2015.

"Jika memang main tanggal 3 Mei, kita mungkin akan langsung ke Palembang setelah bermain di Maladewa. Sebaliknya kalau jadwal itu berubah, tentunya kami juga harus pulang dulu ke Bandung. Semoga ada kabar baik dan kepastian," sambungnya.

Tuntutan Persib soal kepastian jadwal di kompetisi domestik ini cukup beralasan. Sebab, para pemain Maung Bandung membutuhkan rasa tenang. "Agar kita, terutama pemain, lebih tenang saja menjalani agenda pertandingan," jelasnya.

Sejauh ini kata Djanur, tim berpegang teguh pada arahan manajemen klub yang meminta seluruh anggota tim tetap fokus dan konsentrasi melakukan persiapan. "Memang agak membingungkan, tapi ini situasi yang harus kita hadapi. Kita semua tetap komitmen sesuai arahan dari manajemen, fokus dan konsentrasi melakukan persiapan," tuturnya.

Persib berpegang teguh pada arahan manajemen klub, yang meminta seluruh anggota tim tetap fokus dan konsentrasi melakukan persiapan. Foto:VIVAbola/Marco Tampubolon


Bisnis Terganggu

Jika FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, selain ancaman terkena imbas negatif di kompetisi antarklub Asia, ada hal lain yang berpotensi dikhawatirkan Persib. Yaitu, ancaman bakal berantakannya kerja sama sponsor dengan sejumlah perusahaan.

Musim ini, Persib jadi klub terdepan dalam urusan menggaet sponsor. Total, ada 16 produk atau perusahaan yang menjalin kerja sama dengan Maung Bandung, 11 brand di antaranya terpampang di kostum Persib.

Artinya, dana segar belasan miliar rupiah yang sebelumnya dipastikan masuk ke kas Persib terancam harus dikembalikan jika tak ada kejelasan masa depan kompetisi dan nasib Persib itu sendiri. Persib selama ini memang dikenal sebagai klub di Indonesia yang memiliki daya tarik cukup hebat di mata sponsor.

Direktur Marketing dan Promosi PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Muhammad Farhan, tidak menampik bahwa pihaknya saat ini diliputi rasa khawatir bakal terdampak keputusan Kemenpora yang membekukan PSSI. Farhan menyayangkan situasi kurang kondusif yang dalam beberapa tahun terakhir terjadi di sepakbola Indonesia.

"Sangat disayangkan saja, di saat industri sepakbola di Indonesia mulai menggeliat selalu terjadi kekisruhan di tingkat organisasi," ungkap Farhan.

Selain khawatir ada sponsor yang mundur, atau membatalkan kerja sama, Farhan pun was-was upaya pendekatan kepada calon sponsor Persib yang saat ini dilakukan pihaknya akan berantakan karena situasi yang terjadi.

"Tentu, bagi kami ada kekhawatiran dari sisi bisnis. Sebab, sponsor itu kan sifatnya harus dilayani. Ketika situasinya seperti sekarang, sponsor pun pasti akan mempertanyakan. Termasuk, calon sponsor yang tadinya mau masuk mungkin akan berpikir dua kali," katanya.

Keputusan Menpora yang menyatakan akan mengalihkan pengelolaan kompetisi kepada KONI juga tidak terlalu dianggap antusias oleh Farhan. Hal itu, dikhawatirkan Farhan, justru akan menimbulkan banyak masalah.

"Saya sangsi dan ragu. Yang pertama harus dilihat tentu saja kapasitas KONI itu sendiri. Apakah mereka cukup berpengalaman mengelola sepakbola? Apalagi, ini kan kompetisi profesional. Saya khawatir malah jadi berantakan nantinya," ungkap Farhan.

Dampak lain yang diprediksi Farhan adalah potensi larinya sponsor utama kompetisi Qatar National Bank (QNB). Menurut dia, ada beberapa poin penting yang harus diketahui terkait kerja sama sponsorship.

"Pihak sponsor (QNB) pastinya hanya tahu kalau mereka itu bekerja sama dengan PSSI, bukan KONI dan KOI. Jadi dampaknya secara bisnis juga, pastinya akan sangat rumit," sambungnya.



Selain Persib, kecemasan yang sama dialami Persipura yang sama-sama berlaga di AFC Cup. Sehingga kisruh ini sedikit banyak akan mempengaruhi konsentrasi, tidak hanya para pemain tapi juga seluruh unsur di klub.

"Ini menyangkut kehidupan orang banyak. Ini menyangkut kelangsungan klub, pemain, pelatih, ofisial, dan para sponsor," kata Sekretaris Persipura Jayapura, Rocky Bebena, saat dihubungi VIVA.co.id.

Sementara itu, Anggota Exco PSSI, La Siya, mengaku mendapat sebuah pesan singkat dari salah satu petinggi militer Organisasi Papua Merdeka (OPM) terkait tawaran untuk Persipura jika tidak bisa berlaga di Piala AFC. OPM mengajak tim Mutiara Hitam untuk "hijrah" ke negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan, yaitu Republik Vanuatu. Menurut La Siya, setiap isu yang merugikan masyarakat Papua, sudah pasti akan menjadi makanan empuk bagi OPM untuk memunculkan wacana kemerdekaan.

"Kakak Tuan yang terhormat, kalau Persipura tidak bisa main di tingkat internasional, melalui PSSI/Indonesia karena dibekukan Menpora, Kakak tidak usah pusing-pusing, Persipura bisa ikut kompetisi di Vanuatu, Pasifik Selatan melalui jasa baik tuan-tuan seperjuangan di Vanuatu. Salam perjuangan Kolonel DPM OPM LA," ujar La Siya saat membacakan sms yang didapatnya di depan wartawan di kantor PSSI, Rabu 22 April 2015.

"Jadi, efek yaitu kalau sampai banned FIFA turun, otomatis Persipura tidak ikut pertandingan AFC. Karena sepakbola itu harkat dan martabat orang Papua, inilah yang akan terjadi. Sebab, setiap isu yang merugikan Republik ini, yang menyangkut Papua itu cepat diambil," tambahnya.

Ancaman yang sama juga disampaikan Presiden Pusamania Borneo FC, Nabil Husein. Dia sudah muak dengan segala polemik yang ada sehingga mengancam akan memboyong timnya bermain di kompetisi negara lain jika situasi tidak segera membaik.

"Apabila sampai akhir Mei tidak jalan, PBFC siap angkat kaki dari ISL. Mohon maaf kepada seluruh fans dan masyarakat. Semoga kalian bisa mengerti. Wasted time and wasted money untuk liga tidak jelas. Saya kecewa sekali," tulis Nabil dalam akun Twitter pribadinya.

Sepertinya, kejengahan yang dialami Nabil merupakan akumulasi dari kegundahannya selama ini. Karena seperti diketahui, kompetisi elite di tanah air itu sudah beberapa kali mengalami pengunduran jadwal.

Jika dilihat dari segi bisnis, tentu saja itu merugikan seluruh klub peserta. "Mereka (Menpora) harus memikirkan klub bagaimana soal finansial juga. Berikan solusi juga seharusnya," kata dia.

Pemain Persipura Jayapura saat merayakan gol di ajang AFC Cup. Foto: ANTARA/Roy Ratumakin


Kekesalan yang sama juga dirasakan Direktur klub PSM Makassar, Sumirlan. Yang sangat dia sesalkan adalah karena awalnya kisruh ini hanya melibatkan dua klub, Arema Cronus dan Persebaya, yang tidak direkomendasikan BOPI, tapi justru keduanya tetap berlaga di QNB League.

"Sepakbola ini memengaruhi kehidupan banyak orang. Kami berharap orang-orang di atas bisa islah dan mencari jalan keluar yang terbaik bagi sepakbola Indonesia," ujar Sumirlan dalam wawancara dengan tvOne.

"Kalau memang cuma masalah Arema dan Persebaya, ayo kita selesaikan masalah ini. Jangan kita bertengkar hanya karena masalah sepele yang masih bisa diselesaikan. Kasihan klub lain yang jadi korban orang di atas," tambahnya.



Pemain Waswas, Suporter Protes

Sejumlah pemain juga mulai buka suara mengungkapkan kecemasan mereka. Sebab, jika situasi tidak berubah, tidak menutup kemungkinan profesi mereka sebagai pemain profesional bakal terganggu.

"Bapak bapak yang di sana.. Tolong jangan rusak masa depan kami dan pekerjaan kami.." tulis gelandang Persija Jakarta, Adam Alis, di akun Twitternya.

Sementara itu, pemain senior Persija, Bambang Pamungkas, tak habis pikir dengan kekisruhan ini. Menurutnya, mengapa begitu rumit untuk menyelesaikan masalah jika kedua belah pihak punya niat yang sama.

"Jika (konon katanya) semangatnya saja sama 'untuk masa depan sepakbola Indonesia yang lebih baik', terus mengapa sulit sekali?" kicau pemain yang akrab disapa Bepe tersebut.

Lain lagi dengan bek Sriwijaya FC, Wildansyah. Dia berharap, kisruh ini segera berakhir dengan hasil yang lebih baik.

"Akankah lebih baik atau sebaliknya? Saya hanya selalu berdoa semoga sepakbola Indonesia semakin maju & lebih baik. Aamiin.." ujar eks pemain Persib Bandung tersebut.

Hal senada juga dilontarkan kiper Persib Bandung, Shahar Ginanjar. "Pihak Menpora dan BOPI sebenarnya ingin membantu pemain, tapi sangat disayangkan waktunya tidak tepat," tulisnya di twitter.

"Bila liga dibekukan juga, pihak sponsor pada setiap klub akan menarik kembali sponsor dan pemain bola pun akan beralih profesinya. Kita sebagai pemain was-was bila seperti ini, kita kerja di sepakbola belum tentu bisa kerja di bidang lain secara instan," tulis Shahar.

Bukan hanya mengorbankan para pemain dan klub-klub yang ada, secara tidak langsung, kisruh ini juga turut mengusik para suporter yang terancam tidak bisa melihat klub kesayangannya berlaga.

Ketua Umum The Jakmania, Richard Achmad, pun berharap suporter tidak menjadi korban dari kisruh persepakbolaan Indonesia. Dia juga berharap agar Menpora bisa memberikan solusi atau jalan keluar dari kisruh ini.

“Jakmania berharap kejadian ini tidak menjadikan suporter sebagai korban maupun saling berhadapan. Menpora dan stafnya hanya bisa membekukan PSSI tanpa memberi solusi atau exit plan,” kata Richard, seperti dikutip dari @jakmaniaontweet.

"Sebaiknya Presiden turun tangan untuk memperbaiki persepakbolaan serta mengevaluasi kinerja Menteri Pemuda dan Olahraga. Seharusnya Tim 9 bukan hanya berperan mendampingi menteri, tapi juga menggali persoalan persepakbolaan nasional, termasuk mengenai manajemennya,” tuturnya.

Ribuan Jakmania memberi semangat kepada Persija ketika menghadapi Persipura di Stadion GBK, Jakarta. Foto: VIVA.co.id/Nurcholis Anhari Lubis

Agenda Timnas Terancam Berantakan

Selain kompetisi yang terancam berantakan, yang lebih genting lagi adalah, kisruh ini juga membuat sanksi FIFA berpeluan dijatuhkan karena dianggap ada intervensi dari pemerintah. Alhasil, sepakbola Indonesia akan dikucilkan di dunia internasional.

Jika itu yang terjadi, maka agenda Timnas Indonesia dalam beberapa bulan ke depan pun terancam berantakan. Padahal, ada tiga agenda penting yang akan dilakoni Timnas U-23, Timnas U-16 dan Timnas Indonesia senior.

Timnas U-23 akan tampil di ajang SEA Games 2015 di Singapura pada Juni mendatang. Timnas U-16 akan tampil di Piala AFF U-16 2015. Sedangkan Timnas senior akan tampil di Pra Piala Dunia 2018.

Berdasarkan surat dari Kemenpora, Pemerintah akan membentuk tim transisi yang mengambil alih hak dan kewenangan PSSI sampai dengan kepengurusan PSSI yang kompeten sesuai dengan mekanisme organisasi dan statuta FIFA. Persiapan timnas untuk SEA Games 2015 pun akan diambil alih oleh KONI, KOI, dan pemerintah.

Namun, rencana Pemerintah itu bisa saja berantakan. Hal itu jika FIFA menganggap apa yang dilakukan Kemenpora sebagai bentuk intervensi. Jika FIFA menjatuhkan sanksi, Indonesia dilarang tampil di semua laga internasional termasuk SEA Games dan Pra Piala Dunia.

Di SEA Games nanti, Indonesia sebenarnya punya peluang yang cukup bagus. Garuda Muda tergabung di Grup A bersama Singapura, Myanmar, Filipina, dan Kamboja. SEA Games ini akan berlangsung di Singapura pada 29 Mei hingga 15 Juni 2015.

Indonesia yang tergabung di Grup A bisa saja dicoret jika benar FIFA menjatuhkan sanksinya. Hal ini dibenarkan oleh Sekretaris Jenderal Federasi Sepakbola Vietnam (VFF), Le Hoai Anh.

"Jika FIFA menjatuhkan sanksi, maka Indonesia akan dilarang tampil di turnamen. Jika Indonesia terkena sanksi, Federasi Sepakbola Asean (AFF) akan mengambil keputusan tentang jadwal sepakbola di SEA Games atau juga kualifikasi Piala Dunia," katanya seperti dilansir The Thao Van Hoa.

Hal ini juga pernah dirasakan negara ASEAN lainnya, Brunei Darussalam. Ketika itu, Brunei gagal tampil di SEA Games 2009 di Laos karena mendapatkan sanksi dua tahun dari FIFA.

Bintang Timnas U-23 asal Persebaya, Evan Dimas Darmono, pun berharap agar konflik ini tak memuncak dan tidak membuat sepakbola Indonesia dijatuhi sanksi FIFA. "Ada baiknya segera disudahi demi kepentingan banyak pihak," katanya.

Menurutnya, jika sepakbola di Indonesia  berkonflik terus, tidak baik untuk pembinaan dan prestasi. Apalagi, saat ini Timnas Indonesia U-23 tengah bersiap untuk menghadapi ajang SEA Games 2015 Singapura.

"Pesepakbola Indonesia ingin meraih prestasi di event tersebut demi masyarakat. Sebab, sudah lama sekali Indonesia tidak meraih emas di ajang SEA Games," beber Evan.

"Karena itu, harapan saya setelah KLB PSSI berakhir, sepakbola Indonesia menjadi lebih baik lagi. Lebih maju dan tidak ruwet. Selain itu, tidak ada lagi ribut-ribut," katanya.

Sementara itu, agenda Timnas lainnya yang bakal berantakan adalah rencana Timnas U-16 tampil di Piala AFF U-16. Ajang yang mempertemukan negara-negara di Asia Tenggara tersebut bakal digelar di Solo, Juli-Agustus 2015. Jelang ajang itu, Timnas U-16 punya bekal bagus dengan menekuk Jepang 2-1 di laga ujicoba, beberapa waktu lalu.

Agenda lain yang terancam berantakan adalah Pra Piala Dunia 2018. Indonesia tergabung di grup yang lumayan berat di Grup F bersama Irak, Vietnam, Thailand, dan Taiwan. Meski berat, Indonesia sebenarnya berpeluang lolos ke babak kedua. Atau setidaknya lolos ke Piala Asia 2019, karena  babak kualifikasi Piala Dunia juga jadi ajang kualifikasi Piala Asia 2019. (one)