Kisruh Daftar Sekolah Sistem Zonasi

Ilustrasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2019
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

VIVA – Ada yang berbeda dari aktivitas orangtua siswa awal pekan ini. Sejak Senin subuh, mereka bergegas dan merapikan beberapa dokumen administrasi. Datang sepagi mungkin untuk dapat nomor antrean.

Kesibukan para orangtua siswa ini lantaran ingin mendaftarkan sekolah negeri bagi buah hatinya, baik jenjang menengah pertama maupun menengah atas. Ferry contohnya, ibu dua anak ini menyiapkan diri berangkat pukul 7 pagi ke beberapa sekolah untuk melakukan verifikasi berkas dan mengambil token. Untuk verifikasi ini bisa di sekolah mana saja.

Diketahui, pengambilan token bertujuan untuk mendaftarkan siswa via online setelah berkas berhasil diverifikasi oleh sekolah. Ferry awalnya mendatangi SMP 195 Duren Sawit, Jakarta Timur.

Alih-alih datang lebih pagi untuk dapat nomor antrean kecil namun dia malah terjebak. Pukul 7 saja, dia sudah mendapatkan nomor antrean 295. Tak mau menunggu lama, dia dan suami berserta anak pertamanya pindah ke sekolah lain yakni SMP 255, Duren Sawit, Jakarta Timur. 

Ferry dan suami memang berniat menyekolahkan anaknya di SMP 255, lantaran masuk dalam salah satu sekolah terfavorit di Jakarta. Dengan nilai anaknya yang terbilang cukup tinggi yakni 291, 2.

Angka tertinggi pada setiap sekolah yakni 300. Ferry tak menyangka ketika datang ke sana, antrean sangat panjang. Tetapi, tidak separah di sekolah sebelumnya. Urutan yang dia terima yakni 120. 

"Saya datang pukul 9 pagi saja sudah panjang banget antreannya. Kemudian saya pulang dan itu pun masih banyak orangtua siswa yang datang," ucap Ferry kepada VIVA, Senin, 24 Juni 2019.

Ferry menjadi salah satu orangtua siswa yang mengaku kerepotan dengan sistem ini. Dia membantah jika sistem zonasi yang diterapkan pemerintah dapat mempermudah siswa.

Banyak orangtua siswa yang nyatanya memilih sekolah unggulan dan mengabaikan sistem zonasi. Mereka lebih memilih sekolah unggulan yang jauh ketimbang yang biasa tetapi dekat dengan rumah.

"Teman saya, tinggal di Pondok Gede tetapi mendaftarkan anaknya di SMP 115, Tebet, Jakarta Selatan. Memang anaknya pintar dan sekolah itu unggulan pertama di Jakarta. Jadi tidak benar kalau sekolah unggulan sudah tidak ada lagi. Nyatanya fakta di lapangan seperti itu," ucap Ferry.