Mencegah Gelombang Kedua Wabah Corona saat Cuti Lebaran

Penyekatan kendaraan yang hendak mudik di Kabupaten Bekasi Jawa Barat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

VIVA – Pemerintah mengklaim laju penurunan kasus baru penularan virus corona mencapai 11 persen. Padahal, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Covid-19 mencatat pada Selasa, 5 Mei 2020 penambahan kasus baru sebanyak 484 orang. Sehingga, total kasus pasien positif corona sebanyak 12.071 orang.

Bila data selama tiga hari terakhir dibuka kembali secara berturut-turut penambahan kasus corona yang baru pada 3 Mei sebanyak 349 orang dan 4 Mei mencapai 395 kasus baru. Data tersebut justru menunjukkan tren peningkatan kasus corona yang baru. 

Sementara itu, klaim laju penurunan kasus baru covid-19 malah menjadi tameng bagi pemerintah melakukan kajian untuk kemungkinan memajukan pengganti libur Hari Raya Idul Fitri dari 28-31 Desember ke akhir Juli.

Presiden Jokowi meminta Kantor Staf Presiden mengkaji dua opsi pengganti libur Idul Fitri. Di antaranya opsi menggantinya menjadi akhir Juli atau akhir Desember. Keputusan opsi ini akan bergantung pada laju kasus positif virus corona di Indonesia.

Masyarakat pun diminta disiplin tetap berada di rumah untuk menekan penyebaran pandemi corona. Semakin masyarakat disiplin maka peluang menggeser cuti bersama Idul Fitri ke akhir Juli semakin besar.

Padahal, pemerintah menyadari ada klaster-klaster yang rentan menjadi pemicu. Di antaranya klaster jamaah tabligh, klaster Gowa, beberapa klaster industri, dan klaster pemudik yang lolos pemeriksaan.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo mengingatkan mudik menyebabkan risiko untuk menularkan virus di kampung halaman. Baik Presiden Jokowi maupun Doni pun meminta masyarakat tidak mudik pada lebaran tahun ini.

Saat mudik, ada kebiasaan yang dilakukan seperti bertemu dan berpelukan maupun bersalaman. Apalagi, saat ini virus corona tak jarang bermutasi menginfeksi orang tanpa menunjukkan sedikit pun gejala. Orang ini tentu akan membawa virus dan menularkan pada orang lain. 

Klaster Pemudik

Persoalannya, saat laju kasus baru telah menurun, pemerintah justru membuka peluang bagi pemicu klaster yang rentan seperti klaster pemudik yang lolos pemeriksaan untuk memicu kasus baru. Di antaranya lewat cuti bersama yang dipertimbangkan akan jatuh pada akhir Juli saat Idul Adha.

Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya pada Senin, 4 Mei 2020 tercatat 1.093 kendaraan yang berupaya keluar Jakarta dan sekitarnya. Jumlah ini meningkat dari hari sebelumnya sebanyak 895 kendaraan. 

Kendaraan baik mobil pribadi, kendaraan umum, dan sepeda motor diputarbalikkan di Jalan Arteri. Sementara, kendaraan yang akan keluar dari Jakarta mencoba keluar lewat Pintu Tol Cikarang Barat arah Jawa Barat dan Tol Bitung arah Merak. 

Adapun total kendaraan yang diputarbalikkan sejak operasi digelar pada 24 April hingga 4 Mei 2020 tercatat sebanyak 11.630 kendaraan yang hendak keluar Jadetabek. Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menegaskan mudik bukan untuk menyiksa masyarakat, tapi justru memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Data tersebut menjadi bukti, meski Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di sejumlah daerah, tak menyurutkan minat orang mudik atau pun keluar Jakarta. 

PSBB di antaranya telah diterapkan di DKI Jakarta, Tangerang Raya, Bogor, Depok, Bekasi, Bandung Raya, Surabaya Raya, Sumatera Barat, hingga Gorontalo. Doni meminta seluruh gugus tugas provinsi mencegah, mendeteksi, dan menangani masyarakat yang terlanjur sakit. 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga sempat menunjukkan adanya penurunan pada jumlah kasus corona di Jakarta pada 1 Mei 2020. Tapi ia juga mengingatkan PSBB tetap harus dilaksanakan secara ketat. Ia bahkan menyebut Jakarta masih belum merdeka dari covid-19.

Anies meminta masyarakat jangan kendor dan tetap disiplin terhadap PSBB. Pasalnya, kasus baru corona di Jakarta masih bertambah meski angkanya kecil.

Kembali ke persoalan kajian untuk memajukan cuti lebaran, pemerintah nampaknya kini mulai percaya diri dengan klaimnya sendiri soal laju penurunan kasus corona 11 persen. Padahal, seharusnya pemerintah juga menghitung pemicu kasus baru dari klaster mudik.