Korean Wave dan Perekonomian Indonesia
- vstory
VIVA - Salah satu produk Korean Wave yang banyak diminati oleh kaum milenial adalah musik pop. Musik pop Korea, sering disebut sebagai K-pop, merupakan salah satu industri hiburan yang menggerakkan perekonomian Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan sendiri sudah lama memperhatikan industri musiknya. Memang, pada akhir 1990-an, ketika sebagian besar Asia mengalami krisis ekonomi, Korea Selatan mendirikan kementerian budaya dengan departemen khusus K-pop (Putri, 2019). Mereka juga membangun ruang konser yang sangat besar, menyempurnakan teknologi holografik, dan mendirikan noeraebang (bar karaoke) untuk melindungi industri K-pop. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya pemerintah Korea Selatan mendongkrak popularitas artis-artisnya. Contoh lain: Pemerintah Korea Selatan mampu mengubah halte bus di daerah pesisir terpencil di mana video musik grup idola pernah direkam menjadi objek wisata yang populer.
Indonesia saat ini menjadi negara terbesar keempat di dunia dan rumah bagi jutaan K-poppers atau pecinta K-pop. Pada tahun 2019, Twitter merilis daftar negara yang paling banyak men-tweet tentang artis K-pop pada tahun 2019, dengan Indonesia berada di urutan ketiga setelah Thailand dan Korea Selatan. Dalam hal penayangan video K-pop di YouTube menurut negara, Indonesia menempati urutan kedua dengan persentase 9,9% (Won So, 2020). Korea Selatan menempati urutan pertama dengan pangsa 10,1 persen, tidak berbeda jauh dengan Indonesia.
Indonesia mungkin memiliki basis penggemar yang besar dan setia di dunia K-pop. Hal ini membuat Indonesia menjadi “pasar” yang sangat memungkinkan bagi perekonomian Korea Selatan mengingat adanya Korean wave. Terkadang menjadi seorang K-popper tidaklah murah. Kpopers harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli tiket konser, album, merchandise, sound dan produk yang dipromosikan oleh artis favorit mereka. Selain itu, mengunjungi Korea Selatan merupakan impian para K-pop guys, yang tentunya akan berdampak besar bagi industri pariwisata Korea Selatan.
PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) berhasil mengubah rugi tahunan yang diatribusikan kepada pemilik induk menjadi laba pada kuartal I 2023. Perusahaan membukukan laba sebesar Rp 54,2 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip pada Selasa (2 Mei 2023), pertumbuhan pendapatan tersebut mencerminkan kenaikan laba bersih perseroan sebesar 242,1 persen dari Rp108,26 miliar menjadi Rp370,39 miliar pada Q1 2022. Miliar pada Q1 I-2023.
Peningkatan penjualan Dyandra meningkatkan laba usaha menjadi Rp52,39 miliar dibandingkan rugi usaha Rp764 miliar pada kuartal I 2022. Terakhir, Dyandra juga membukukan laba tahunan yang diatribusikan kepada pemilik induk sebesar Rp54,2 miliar dan rugi tahunan sebesar Rp11,81 miliar pada kuartal I 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada saat yang sama, laba per saham DYAN meningkat menjadi Rp 13.
Sementara itu, peningkatan kinerja keuangan pada sesi I hari ini berpengaruh positif terhadap harga saham DYAN. Pada saat berita ini ditulis, saham DYAN naik R30 (32,61%) menjadi R123.
Jadi, dari beberapa paparan diatas tersebut bisa kita lihat bahwa sedikit banyak nya demgan diadakannya konser musik kpop membawa untung dalam membantu perekonomian indonesia berasal dari pajak dan lain sebagainya.
Selain itu, Peristiwa Korean Wave ini sebenarnya sangat baik untuk keadaan ekonomi dan politik Indonesia hal ini karena dengan semakin banyaknya komunikasi politik antar negara sebagai upaya diplomasi dalam hal budaya.