VIVAnews - Yield atau imbal hasil obligasi negara terus merangkak naik hingga di kisaran 15 - 18 persen dibandingkan posisi awal tahun ini masih sekitar 10 - 11 persen.
"Ini salah satu imbas krisis global," ujar Agus Salim, Head of Debt Market PT Trimegah Securities kepada VIVAnews di Jakarta, Selasa, 25 November 2008.
Menurut dia, akibat krisis keuangan yang tak jelas kapan berakhir ini, investor asing banyak menarik investasinya dari obligasi negara. Mereka banyak menjual obligasinya di Indonesia. Akibatnya, kepemilikan asing pun merosot tajam dari Rp 106 triliun menjadi Rp 88 triliun.
"Pasokan obligasi di pasar sekunder pun semakin tinggi," katanya. Ini yang memicu yield obligasi terus meningkat. "Jadi, sepanjang tahun ini, yield surat utang negara sudah naik 5-6 persen."
Kenaikan yield obligasi negara ini, menurut dia, menunjukkan premi risiko negara Indonesia semakin tinggi dalam enam bulan terakhir. Itu pertanda investor yang menanamkan dananya di Indonesia perlu imbal hasil yang lebih tinggi karena risiko berinvestasi semakin besar.
VIVA.co.id
27 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Indeks Keberdayaan Konsumen di Provinsi Lampung berdasarkan Laporan IKK Kemendag tahun 2022 dan 2023 yaitu dari sebelumnya di angka 51,58 menjadi 55,47 pada tahun 2023..
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Ajam Mustajam berpesan kepada seluruh calon jemaah haji yang akan berangkat pada 2024.
Nabi Adam dalam kitab-kitab qasas atau kisah nabi-nabi biasa disebutkan sebagai penyair pertama. Berikut penjelasan ulama-ulama terkait kepercayaan tersebut.
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong harus mengalami goncangan dalam diri kala anak-anak asuhnya mengalahkan Timnas Korea Selatan, yakni tim negara asalnya yang juga p
Selengkapnya
Isu Terkini