Belajar dari Korsel dan China, Maju Karena Infrastruktur Digital

Ilustrasi bisnis di era digital
Sumber :

VIVA – Pemerintah tengah fokus mengembangkan tol langit, yakni istilah yang digunakan Presiden Joko Widodo untuk menggambarkan infrastruktur digital di Indonesia. Itu terkait pengembangan teknologi digital, sinyal internet yang cepat yang merata di seluruh daerah.

Pemerintah Kantongi Rp 22,179 Triliun dari Pajak Digital

Tol langit tersebut sudah digembar-gemborkan Presiden Joko Widodo saat berkampanye sebagai calon presiden untuk periode kedua pada Pemilihan Umum 2019. Program ini memang memiliki efek yang sangat positif terhadap ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat jika terus fokus dikembangkan secara besar-besaran.

"Jadi secara umum kita bangun infrastruktur digital paling enggak 12 manfaatnya, misalnya mendorong ekonomi, investasi, industri, startup, hingga meningkatkan kualitas hidup baru," kata Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail, di Jakarta Convention Center, Selasa 13 Agustus 2019.

9 Startup Terbaik akan Digembleng 90 Hari

Ismail menjelaskan, keberhasilan dari upaya tersebut bukan tanpa bukti. Bisa dilihat dari negara-negara Asia lainnya yang saat ini sudah mampu menjadi negara yang sangat maju dari sisi teknologi. Padahal, pada 1998 sama-sama terdampak krisis ekonomi bersama Indonesia, di antaranya China dan Korea Selatan.

"Dua negara yang sudah manfaatkan infrastruktur digital untuk kemakmuran bangsanya. Pertama Korea Selatan, waktu 1998 kita sama-sama terpuruk, kita kena krisis ekonomi bahkan orang-orang sumbang emas tabungan agar negara tidak bangkrut di Korsel juga demikian," tutur dia.

Airlangga Sebut Ekonomi Digital ASEAN 2030 Bakal Capai US$2 Triliun, 40 Persennya Ada di Indonesia

Korea Selatan, lanjut Ismail, dua tahun setelah terdampak krisis ekonomi 1998, fokus mengembangkan infrastruktur digital supaya bisa keluar dari jeratan krisis ekonomi dan maju lebih cepat. Akhirnya, negara tersebut  secara besar-besaran menggelontorkan investasinya semata untuk mengembangkan infrastruktur digital.

"Tahun 2000 Korsel insiatif bangun infrastruktur digital. Mereka adakan program ten milion people internet education project. Itu berhasil, 2001 luncurkan e-government. Jadi ini investasi bukan menunggu pembangunan operator telecommunication, tapi benar-benar pemerintah spending budget untuk itu akhirnya industri Korsel sekarang sudah luar biasa," tutur dia.

Adapun China, kata Ismail, bukan membangun infrastruktur digital dari awal, melainkan mampu dengan baik memanfaatkan infrastruktur digital untuk kemudian menciptakan ekosistem ekonomi digital yang sangat baik dan merata di tengah-tengah masyarakatnya. Sehingga, seluruh masyarakat secara merata merasakan manfaat internet.

"Memanfaatkan smartphone, 4G, 3G berkembang di sana sampai desa-desa, sampai UMKM yang dilengkapi alat-alat e-Commerce. Akibatnya masing-masing desa mengenali keunggulan produksinya, ada yang furnitur, ada yang tekstil. Ini berangkatnya dari society, jadi pemerintah bangun ekosistemnya," tegas dia.

Dengan kemampuan memanfaatkan hal tersebut, lanjut dia, desa-desa di China saat ini bahkan mampu melakukan kegiatan ekspor dari hasil produksi rumahannya. Produk itu, lanjut dia, juga menjadi komoditas-komoditas yang di impor oleh Indonesia meskipun tidak disebutkan secara spesifik jumlahnya.

"Jadi kita buat e-Commerce sekarang barang-barang yang masuk dari industri rumah tangga di pedesaan China. Ini bisa di cek, ada Desa Taobao, itu dulu orang lari dari sana karena hidup susah sekarang jadi industri furnitur, ini mengapa infrastruktur digutal rubah suatu negara," ungkap Ismail. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya