Logo DW

Pengalaman Samuel Adiprakoso Melistriki Kawasan Terpencil

DW/Sorta Caroline
DW/Sorta Caroline
Sumber :
  • dw

Tiga tahun sudah Samuel bergabung dengan MicroEnergy Internasional. Perusahaan asal Berlin yang memfokuskan proyeknya pada penyediaan energi di wilayah terpencil bagi penduduk yang berpenghasilan rendah.

Tak terbayangkan keseharian tanpa listrik di era modern. Namun ini adalah realita yang dihadapi sebagian besar negara di Afrika, salah satunya Tanzania. Hingga 2018, hanya 32.8% penduduk yang memiliki akses listrik. Menyediakan listrik tak sekedar menginstal jaringan pada suatu wilayah atau sekadar menyediakan lampu hemat energi bagi seluruh penduduk setempat.

Bagi Samuel dan MicroEnergy, penyediaan listrik perlu diawali dengan studi akan kebutuhan listrik wilayah setempat. Kebutuhan listrik dari satu desa ke desa lainnya sangatlah berbeda.

Ada desa nelayan yang membutuhkan listrik dan kulkas hemat energi untuk penyimpanan ikan hasil tangkapan. Ada desa petani yang membutuhkan listrik untuk alat penggilingan padi. Listrik bantu menunjang perekonomian suatu daerah namun perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan daerah tersebut. Lantas bagaimana cara menelusuri kebutuhan listrik suatu daerah dan kemampuan masyarakat untuk membayarnya? Mari ikuti pengalaman Samuel Adiprakoso bersama MicroEnergy dalam merintis listrik wilayah terpencil.

Deutsche Welle: Bagaimana perjalanan Samuel akhirnya bergabung dengan MicroEnergy International hingga sekarang menjadi konsultan energi off-grid?

Samuel Adiprakoso: Awalnya saya dua tahun studi di Hochschule Mannheim ambil studi Power Engineering. Setelah dua tahun kok rasanya ‘kurang sreg ya kalau terlalu teknik' inginnya lebih ke arah finansial bisnis dalam proyek energi terbarukan. Lalu cocok dengan program di SRH Hochschule Berlin dan melihat Berlin yang punya banyak kesempatan seperti start-up. Pindah ke Berlin, tahun 2016 lulus kuliah dan saat itu ada Winterschool, acara networking job-matching mahasiswa dengan perusahaan.

Tertarik sekali saat ngobrol dengan tim MicroEnergy International karena mereka membuat proyek untuk orang-orang di daerah terpencil yang pendapatannya bisa dibawah dua dollar AS per hari. ‘Bagaimana caranya menyediakan energi untuk orang- orang itu?', lalu saya mulai coba melamar untuk magang di MicroEnergy Internasional.