Mendikbud Tak Jamin Lulusan SMK 100 Persen Diterima Kerja Industri

Ujian Praktik Kejuruan siswa SMK
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

VIVA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendi tak bisa menjamin bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK bisa 100 persen diserap industri. Meskipun, saat ini pemerintah tengah mendorong perbaikan kurikulum hingga revitalisasi SMK, supaya bisa langsung diserap industri.

Menteri Bahlil Sebut Penyerapan Tenaga Kerja di Q1-2024 Tertinggi Sepanjang Sejarah

Dia menjelaskan, persoalan terserap tidaknya lulusan SMK oleh industri, merupakan hasil jerih payah setiap individu. Baginya, pemerintah hanya bisa memfasilitasi supaya seluruh program perbaikan sumber daya manusia yang dicanangkan Presiden Jokowi hingga 2025, sesuai kebutuhan industri. 

"Kalau 100 persen tidak ya, kita upayakan meningkatkan peningkatan daya serap dan yang lebih penting dia meningkatkan produktivitas dia. Orang produktif, belum tentu bekerja produktif, ini masalah kita menghadapi era bonus demografi, ledakan orang usia produktif, tapi mereka kan belum tentu bekerja produktif," tutur dia di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin 7 Oktober 2019.

Siapkan Tenaga Kerja yang Kompeten, Kemnaker Ajak Jepang Investasi Pelatihan Bahasa

Selain itu, lanjut dia, dunia pendidikan memang tidak di desain secara khusus untuk memberikan jaminan bahwa siswa yang didiknya langsung di terima oleh dunia kerja. Dunia kerja, biasanya hanya menerima tenaga kerja yang telah terlatih dengan keahlian tertentu.

"Secara teoritik, kita tidak mungkin menyediakan tenaga kerja yang siap pakai dari sekolah, karena itu ada namanya pre service training. Jadi, pelatihan sebelum memasuki dunia kerja," tegasnya.

Bertemu Pelayanan Imigrasi Kementerian Kehakiman, Kemnaker Berharap Banyak Peserta SSW di Jepang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dipublikasikan pada Februari 2019, memang mengungkapkan bahwa lulusan SMK menjadi yang terbanyak menyumbang pengangguran. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang berasal dari SMK mencapai 8,63 persen, diikuti oleh pendidikan Diploma I/II/III sebanyak 6,89 persen, serta Sekolah Menengah Atas (SMA) 6,78 persen.

Sementara itu, yang paling minim menyumbang TPT adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang hanya 2,65 persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 5,04 persen dan lulusan Universitas sebanyak 6,24 persen.

"Tapi kita sekarang, berusaha untuk membuat terobosan, agar anak SMK bisa masuk ke dunia kerja dengan cara kerja sama dengan industri, pemagangan, karena itu sekarang diupayakan anak-anak SMK belajar 60-70 persen di dunia industri. Tidak di kelas, tetapi praktik di lapangan," tegasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya