Ada Peluang Ekonomi RI Lebih Baik, Meski Efek Perang Dagang Menghantui

Ilustrasi suasana gedung perkantoran di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan saat ini masih stagnan di angka lima persen. Beberapa faktor pemicunya yakni efek perang dagang China-Amerika, hingga persoalan keamanan dalam negeri. Namun demikian, sejumlah pengamat optimis Indonesia mampu bertahan dan berkembang dalam waktu dekat.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Rektor Universitas Pancasila, Wahono Sumaryono menilai, salah satu faktor utama yang dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dalam negeri ialah investasi asing di bidang sektor rill.

“Karena kita didukung bonus demografi dan memang kita adalah pasar yang besar. Jadi kita ini menarik dari segi pasar yang besar,” katanya usai menghadiri seminar nasional bertajuk tantangan dunia bisnis di era digital yang berlangsung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UP, Jakarta pada Jumat 18 Oktober 2019.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Selain efek perang dagang dari dua negara besar tersebut, melambatnya perekonomian Indonesia juga disebabkan oleh faktor keamanan. Terkait hal itu, Wahono pun mengajak semua pihak untuk ikut menjaga iklim kondusifitas dalam negeri.  

“Peluang kita lebih maju sangat besar karena kita adalah pasar yang besar. Kita harus mencari celah-celah pasar di tengah perlambatan ekonomi global.”

RI Coba Manfaatkan RCEP Tarik Investasi ke Pasar Modal

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Sri Widyastuti mengatakan, jika bicara makro ekonomi pasti akan dipengaruhi banyak hal, termasuk dalam segi perizinan.

“Jadi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi ada banyak langkah. Apalagi faktor yang terkait kenyamanan berbisnis yang terkait dengan iklim keamanan,” katanya.

Pemerintah, lanjut Sri, harus mampu membuat aman dan nyaman politik di Indonesia. Sebab ia berpendapat hal itu akan berdampak positif pada pertumbuhan bisnis.

Dari segi pendidikan, Sri mengaku, pihaknya pun memiliki peran penting salah satunya ialah dengan menggenjot kurikulum berbasis digital untuk mencetak wirausaha-wirausaha handal yang siap bersaing pada perekonomian global, namun tetap mengacu pada filosofi dan idiologi pancasila.  

“Pengembangan kurikulum kami melaraskan hal itu karena saat ini era digital. Pengembangan mata kuliah dari segi marketing. Jadi mahasiswa harus bisa membuat laporan keuangan di Hp. Ya mahasiswa jangan sampai gaptek,” katanya.  

Untuk diketahui, hadir dalam seminar tersebut diantaranya Direktur Utama PT BNI Life, Shadiq Akasya, Direktur Human Capital Development, PT Angkasa Pura I, Adi Nugroho dan Vice President Perum Peruri, Fajar Rizki.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya