Logo DW

Majelis Rendah Inggris Setujui Amandemen untuk Tunda Brexit

Perdana Menteri Boris Johnson di sidang parlemen Inggris. (picture-alliance/empics)
Perdana Menteri Boris Johnson di sidang parlemen Inggris. (picture-alliance/empics)
Sumber :
  • dw

Boris Jhonson sebelumnya berusaha keras untuk memenangkan dukungan untuk pakta Brexit terbaru yang ia buat di Brussels pada hari Kamis lalu, di mana Inggris dan Uni Eropa telah menyetujui syarat-syarat perjanjian baru.

Berbicara kepada anggota parlemen di majelis rendah, Johnson mengatakan mereka memiliki kesempatan bersejarah untuk mendukung "jalan baru ke depan" bagi Inggris dan Uni Eropa.

"Saya berharap ... bahwa ini adalah saat ketika kita akhirnya dapat mencapai resolusi itu dan mendamaikan naluri yang bersaing dalam diri kita," katanya. "Sekarang adalah waktunya bagi majelis rendah yang luar biasa ini untuk berkumpul dan mempersatukan masyarakat."

Namun pemimpin oposisi dari Partai Buruh Jeremy Corbyn mendesak para anggota parlemen untuk tidak mendukung kesepakatan itu, dengan mengatakan hal itu akan membahayakan pekerjaan, lingkungan dan pelayanan kesehatan Inggris.

Sementara itu, puluhan ribu demonstran anti-Brexit berkumpul di London untuk menuntut referendum.

Pendahulu Jhonson, Theresa May, gagal pada tiga kesempatan untuk mendapatkan persetujuannya yang disahkan oleh parlemen. Berbeda dengan pakta buatan Theresa May, kesepakatan yang dirangkai Boris semakin menjauhkan Inggris dari Uni Eropa.

Atas dasar ini ekonom mewanti-wanti terhadap dampak negatif pakta Brexit teranyar. Seperti dilansir The Guardian, studi terakhir memprediksi penghasilan tahunan semua warga Inggris akan terpangkas sebesar 2.000 Pounds atau sekitar Rp. 13 juta jika Brexit versi Boris jadi kenyataan.