Harga Makanan Jadi Hingga Rokok Naik, Dongkrak Inflasi Oktober
- VIVAnews/Fikri Halim
VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Oktober 2019 sebesar 0,02 persen. Angka ini meningkat dibanding September 2019 yang mencatat deflasi sebesar 0,27 persen, meskipun lebih rendah dibanding Oktober tahun tahun lalu yang mencatat inflasi 0,24 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan, penyebab utama yang menyumbang inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok ini memiliki tingkat inflasi paling tinggi yaitu sebesar 0,45 persen.
"Harga rokok kretek memang mengalami kenaikan," kata Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Jumat 1 November 2019.
Dia menjelaskan, komoditas yang memberikan andil atau sumbangan inflasi yaitu mie, nasi dengan lauk, es, rokok kretek filter, dan rokok putih masing-masing 0,01 persen. Kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi Oktober sebesar 0,08 persen.
Suhariyanto pun yakin, inflasi pada tahun ini akan sesuai dengan target pemerintah sebesar 3,5 persen plus minus satu persen. Dia mengatakan, Pemerintah hanya perlu mewaspadai lonjakan inflasi pada bulan Desember 2019 karena musim liburan.
"November biasa-biasa saja, yang perlu dijaga adalah di Desember permintaan komoditas dan angkutan udara meningkat," kata dia.
Sementara itu, kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,41 persen. Komoditas dominan yang menyumbang deflasi yaitu harga cabai merah sebesar 0,09 persen, telur ayam ras 0,03 persen, cabai rawit 0,02 persen, ikan segar, kentang, cabe hijau dan bawang putih masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Sementara komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu, daging ayam ras 0,05 persen, bawang merah 0,02 persen, beras, ketimun, tomat sayur, dan jeruk masing-masing 0,01 persen," tuturnya.